Rabu, 13 Januari 2016

Makalah Skenario 1 Blok 1 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI IIK



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Learn How to learn

2.1.1 Pengertian Learn How to Learn
Muhibbin Syah (2000: 136) bahwabelajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah lakuindividu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi denganlingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2.1.2 Tujuan Learn How to Learn
Tujuan model PBL menurut Arends (1997: 158) adalah menghasilkan mahasiswa yang mempunyai kamampuan sebagai berikut.
1) Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasisme;
2) Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang terinteregasi, fleksibel, dan berguna;
3) Menggunakan keterampilan belajar yang mandiri dan efektif.
4) Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan belajar mandiri secara berkesinambungan;
5) Kolaborasi secara efektif sebagai anggota kelompok.         
Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill.

2.1.3 Manfaat Learn How to Learn
1. Membantu mahasiswa mengembangkan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
2.Menjadi pembelajar yg mandiri dan otonom melalui pengalaman nyata atau simulasi (Ibrahim dn nur, 2005)






2.2       PBL ( Pembelajaran Berbasis Permasalahan )

2.2.1    Pengertian PBL
                          Menurut H.S Barrows sebagai pakar PBL menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah yang dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau menintegrasikan ilmu  baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.(Budiyanto, 2010).
                           Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode atau cara pembelajaran suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a real a real- -world problems world problems sebagai konteks sebagai konteks bagi mahamahasiswa untuk belajar kritis dan bagi mahamahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.

2.2.2        Karakterisitik PBL
 Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata mahasiswa nyata mahasiswa.
 Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah Me.ngorganisasikan pelajaran seputar masalah .
 Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses belajar secara mandiri untuk melakukan proses belajar secara mandiri.
  Menggunakan kelompok kecil Menggunakan kelompok kecil .
 Mahamahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa Mahamahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk kinerja.







2.2.3   Tujuan PBL
Tujuan model PBL menurut Arends (1997: 158) adalah menghasilkan mahasiswa yang mempunyai kamampuan sebagai berikut :
1)Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasisme.
2) Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang terinteregasi, fleksibel, dan berguna.
3) Menggunakan keterampilan belajar yang mandiri dan efektif.
4)Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan belajar mandiri secara berkesinambungan.
5) Kolaborasi secara efektif sebagai anggota kelompok. 

2.2.4   Manfaat PBL
Menurut Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill. Manfaat PBL Adalah :
1. Membantu mahasiswa mengembangkan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
2. Menjadi pembelajar yg mandiri dan otonom melalui pengalaman nyata atau simulasi (Ibrahim dn nur, 2005)

2.2.5 Kelebihan PBL
Kelebihan PBL yaitu: (Sudjana 1996).
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman praktis.
2. kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan.
3.bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh mahasiswa.
 4.mahasiswa dapat belajar dari berbagai sumber.
5. interaksi sosial antar peserta lebih berkembang.
6. mahasiswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan .
7. membiasakan mahasiswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.




2.2.6        Kekurangan PBL
Menurut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup
kegiatan belajar mahasiswa bisa membawa resiko yang merugikanjika tidak dikendalikan oleh guru dan mahasiswa cenderung untuk menerima jawabanatau dugaan sementara apabila masalah tidak berbobot. (Sudjana 1996)

2.2.7        Langkah-langkah Dasar PBL
Menurut Suprijono (2009: 74) lang-kah pembelajaran model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) yaitu: (1) Orientation (orientasi masalah), (2) Organization (peng-organisasian mahasiswa untuk belajar), (3) Con-trolling (pembimbingan individual maupun kelompok), (4) Generalization (pengembang-an dan penyajian hasil karya), (5) Analisation (analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah). 

2.2.8        Faktor-Faktor Mempengaruhi PBL
Sumadi Suryabrata (2002:233)mengklasifikasikanfaktor-faktor yang memepengaruhi belajar sebagai berikut:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar dalam diri
a) Faktor non-sosial dalam belajar
Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan
alat-alat yang dipakai untuk belajar(alat tulis, alat peraga)
b) Faktor sosial dalam belajar
2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
a) Faktor fisiologi dalam belajar
Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan
keadaan fungsi jasmani tertentu.
b) Faktor psikologi dalam belajar
Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena
aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian,
minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan





2.3      Speed Reading
2.3.1 Pengertian Speed Reading
Pengertian Menurut Hurmali (2013:11-12) “Speed Reading merupakankegiatan membaca yangmenggunakan kecepatan tanpamengabaikan pemahamannyadimana dalam membaca cepat tigahal yang perlu diperhatikan yaitu : tujuan membaca, keperluanmembaca,bahan bacaan”.

2.3.1        Tujuan Speed Reading
Tujuan Saleh Abbas (2006:108) menyatakan “membaca cepat adalah membaca sekejap mata, selayang pandang. Tujuannya adalah dalam waktu yang singkat pembaca memperoleh informasi secara cepat dan tepat”.

2.3.2        Manfaat Speed Reading
Manfaat Priyatni (dalam Harras, dkk., 2009: 4.32-4.33) mengemukakan beberapa manfaat kemampuan membaca cepat. Manfaat tersebut, antara lain banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu cepat; membaca cepat memperluas wawasan; membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain; membaca cepat membantu seseorang menghadapi ujian/tes; membaca cepat.

2.3.3        Faktor yang menghambat Speed Reading
Faktor yang menghambat seseorang dalan membaca cepat sebagai berikut.
(1) Sulit Konsentrasi
(2) Rendahnya Motivasi
(3) Khawatir Tidak Memahami Bahan Bacaan
(4) Kebiasaan-Kebiasaan Buruk Dalam Membaca (Muhammad Noer 2010:44) yaitu: Vokalisasi, Sub Vokalisasi, Gerakan Bibir, Gerakan Kepala, dan Regresi (Pengulangan ke belakang)




2.4      Critical Reading

2.4.1 Pengertian Critical Reading
Pengertian Nurhadi (1989:59) menyatakan bahwa membaca kritis merupakan kemampuan seorang pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bacaan, baik makna tersirat maupun tersurat, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis dan menilai. Mengolah secara kritis artinya, dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat, tetapi juga menemukan makna antarbaris, dan makna di balik baris.

2.4.2    Tujuan Critical Reading
Tujuan Menurut Agustina (2008:124) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta itu.

2.4.3    Manfaat Critical Reading
Manfaat Tarigan berpendapat bahwa Manfaat yang di dapat dalam membaca kritisyaitu pertama, agar menemukan alasan-alasan penulis mengenai apa yang
dikatakannya bukan hanya tentang keseluruhan kebenaran tetapi juga dapat
menemukan alasan-alasan mengapa penulis mengatakan apa yang
dilakukannya. Kedua, membaca kritis merupakan modal utama bagi mahasiswa.

2.5      Critical Thinking

2.5.1    Pengertian Critical Thinking
Menurut Richard W. Paul yang dikutip oleh Kasdin dan Febiana (2012:5) “Berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan dan mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan, refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannya.



2.5.2    Tujuan Critical Thinking
            Tujuan Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu.          

2.5.3    Manfaat Critical Thinking
Kritis seorang mahasiswa akan sangat membantu mengambilkeputusan secara tepat, cermat, sistematis, benar danogis, dengan mempertimbangkan berbagai sudutpandang atau aspek (Suprapto, 2007)            .
























BAB III
Konsep Mapping

3.1 Konsep Mapping

CRITICAL THINKING
KURIKULUM
FKG
KBK
HYBRID
LEARN HOW TO LEARN
PBL
SPEED READING
CRITICAL READING
 





























BAB IV
PEMBAHASAN

           
Mengingat pentingnya kreativitas mahasiswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas.Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran.Salah satu pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah.Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental mahamahasiswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.Masalah yang disajikan pada mahasiswa merupakan masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual).Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang dengan tujuan untuk membantu mahamahasiswamengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman.
Pada pembelajaran berbasis masalah mahasiswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya mahasiswa dituntut pula untuk belajar secara kreatif.Mahasiswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
Dalam ruang lingkup pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa berperan sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, mahasiswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu mahasiswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan mahasiswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik. multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Ratumanan (diakses dari http://nsant.student.fkip.uns.ac.id/), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu mahasiswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada masalah sehari-hari dan dalam pembelajaran mahasiswa diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu mahasiswaakan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan mahasiswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan, gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Mahasiswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.
Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan Problem Based Learning ini memiliki beberapa arti, diantaranya :
 Menurut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (mahasiswa/mahamahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa pada masalah autentik, sehingga mahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
 Ratnaningsih, 2003: menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental mahasiswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.


tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong mahamahasiswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar mahamahasiswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu mahamahasiswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada mahamahasiswa untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
























BAB V
PENUTUP

51  Kesimpulan
   Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-basedLearning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu mahasiswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
  Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah
  Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini

5.2 Saran
1.Diharapkan guru mampu menggunakan model pembelajaran PBL dalam proses belajarmengajar.
2.Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan dengan metode pembelajaran PBL.
3.Diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah PBL dan dapat melengkapi makalah PBL.










DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Abbas. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yg Efektif Di Sekolah Dasar. Jakarta:               Departemen Pendidikan Nasional.
Agus, Suprijono. 2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Agustina. 2008. Pembelajaran Keterampilan Membaca. (Buku Ajar). Padang: Fbss Unp.
Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction And Management. New York: Mcgraw-Hill.
Bandung : Angkasa Bandung.
Budiyanto, R. A. (2010). Kajian Empiris Perbandingan Antara Metode Pbl Dan Lecturing Dalam Soft Skill Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mahasiswa Akuntansi. Jakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan "Veteran".
Ennis, R. H.  (1996) Critical Thinking.  Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Harras, Kholid, Dkk. 2009. Membaca 1. Cetakan Keempat. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurmali, T. 2011. Seni Strategimembaca Cepat Tanpa Lupa.Yogyakarta: Sophia Timur Publisher.
Muhammad Noer. (2010). Speed Reading For Beginners. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru.
Sitohang, Kasdin Dkk. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar