BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Learn
How to learn
2.1.1 Pengertian Learn How
to Learn
Muhibbin Syah (2000: 136) bahwabelajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah lakuindividu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
denganlingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2.1.2 Tujuan Learn How to
Learn
Tujuan model PBL menurut Arends (1997: 158)
adalah menghasilkan mahasiswa yang mempunyai kamampuan sebagai berikut.
1) Mengatasi
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasisme;
2) Melakukan
pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang
terinteregasi, fleksibel, dan berguna;
3) Menggunakan
keterampilan belajar yang mandiri dan efektif.
4) Memantau dan
menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan belajar
mandiri secara berkesinambungan;
5) Kolaborasi secara efektif sebagai anggota
kelompok.
Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction and Management.
New York: McGraw-Hill.
2.1.3 Manfaat Learn How to Learn
1. Membantu mahasiswa mengembangkan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
2.Menjadi pembelajar yg mandiri dan otonom melalui
pengalaman nyata atau simulasi (Ibrahim dn nur, 2005)
2.2
PBL ( Pembelajaran Berbasis Permasalahan )
2.2.1 Pengertian PBL
Menurut
H.S Barrows sebagai pakar PBL menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebuah
metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah yang dapat
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau menintegrasikan ilmu baru. Dengan demikian, masalah yang ada
digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat
menyokong keilmuannya.(Budiyanto, 2010).
Pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode atau
cara pembelajaran suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya
masalah nyata, yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a real a real- -world
problems world problems sebagai konteks sebagai konteks bagi mahamahasiswa
untuk belajar kritis dan bagi mahamahasiswa untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan.
2.2.2
Karakterisitik PBL
Masalah yang diberikan berhubungan
dengan dunia Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata mahasiswa
nyata mahasiswa.
Mengorganisasikan pelajaran seputar
masalah Me.ngorganisasikan
pelajaran seputar masalah .
Mahasisawa diberikan tanggungjawab
yang besar Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses
belajar secara mandiri untuk melakukan proses belajar secara mandiri.
Menggunakan kelompok kecil Menggunakan kelompok kecil .
Mahamahasiswa dituntut untuk
mendemonstrasikan apa Mahamahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang
telah dipelajari dalam bentuk kinerja.
2.2.3
Tujuan PBL
Tujuan
model PBL menurut Arends (1997: 158) adalah menghasilkan mahasiswa yang mempunyai
kamampuan sebagai berikut :
1)Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan
inisiatif dan antusiasisme.
2) Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada
pengetahuan yang terinteregasi, fleksibel, dan berguna.
3) Menggunakan keterampilan belajar yang mandiri dan efektif.
4)Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan
masalah, dan keterampilan belajar mandiri secara berkesinambungan.
5) Kolaborasi secara efektif
sebagai anggota kelompok.
2.2.4 Manfaat PBL
Menurut Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction and Management. New
York: McGraw-Hill. Manfaat PBL Adalah :
1. Membantu mahasiswa mengembangkan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
2. Menjadi pembelajar yg mandiri dan
otonom melalui pengalaman nyata atau simulasi (Ibrahim dn nur, 2005)
2.2.5 Kelebihan PBL
Kelebihan PBL yaitu: (Sudjana 1996).
1.
Mahasiswa memperoleh pengalaman praktis.
2.
kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan.
3.bahan
pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh mahasiswa.
4.mahasiswa dapat belajar dari berbagai sumber.
5.
interaksi sosial antar peserta lebih berkembang.
6.
mahasiswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan .
7.
membiasakan mahasiswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.
2.2.6
Kekurangan PBL
Menurut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup
kegiatan belajar mahasiswa bisa membawa resiko yang
merugikanjika tidak dikendalikan oleh guru dan mahasiswa cenderung untuk
menerima jawabanatau dugaan sementara apabila masalah tidak berbobot. (Sudjana
1996)
2.2.7
Langkah-langkah Dasar
PBL
Menurut Suprijono (2009: 74) lang-kah pembelajaran model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) yaitu: (1) Orientation (orientasi
masalah), (2) Organization (peng-organisasian mahasiswa untuk belajar),
(3) Con-trolling (pembimbingan individual maupun kelompok), (4) Generalization
(pengembang-an dan penyajian hasil karya), (5) Analisation (analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah).
2.2.8
Faktor-Faktor
Mempengaruhi PBL
Sumadi
Suryabrata (2002:233)mengklasifikasikanfaktor-faktor yang memepengaruhi belajar
sebagai berikut:
1) Faktor-faktor yang berasal
dari luar dalam diri
a) Faktor non-sosial
dalam belajar
Meliputi keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu, tempat dan
alat-alat yang dipakai untuk
belajar(alat tulis, alat peraga)
b) Faktor sosial dalam
belajar
2) Faktor-faktor yang
berasal dari luar diri
a) Faktor fisiologi
dalam belajar
Faktor ini terdiri dari keadaan
jasmani pada umumnya dan
keadaan fungsi jasmani
tertentu.
b) Faktor psikologi
dalam belajar
Faktor ini dapat mendorong aktivitas
belajar seseorang karena
aktivitas dipacu dari
dalam diri, seperti adanya perhatian,
minat,
rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan
2.3
Speed Reading
2.3.1 Pengertian Speed Reading
Pengertian Menurut Hurmali (2013:11-12) “Speed Reading merupakankegiatan
membaca yangmenggunakan kecepatan tanpamengabaikan pemahamannyadimana dalam
membaca cepat tigahal yang perlu diperhatikan yaitu : tujuan membaca, keperluanmembaca,bahan bacaan”.
2.3.1
Tujuan Speed
Reading
Tujuan Saleh Abbas (2006:108)
menyatakan “membaca cepat adalah membaca sekejap mata, selayang pandang.
Tujuannya adalah dalam waktu yang singkat pembaca memperoleh informasi secara
cepat dan tepat”.
2.3.2
Manfaat Speed
Reading
Manfaat Priyatni (dalam Harras,
dkk., 2009: 4.32-4.33) mengemukakan beberapa manfaat kemampuan membaca cepat.
Manfaat tersebut, antara lain banyak informasi penting dapat diserap dalam
waktu cepat; membaca cepat memperluas wawasan; membaca cepat meningkatkan
kemahiran berbahasa yang lain; membaca cepat membantu seseorang menghadapi
ujian/tes; membaca cepat.
2.3.3
Faktor yang
menghambat Speed Reading
Faktor yang menghambat seseorang
dalan membaca cepat sebagai berikut.
(1)
Sulit Konsentrasi
(2)
Rendahnya Motivasi
(3)
Khawatir Tidak Memahami Bahan Bacaan
(4)
Kebiasaan-Kebiasaan Buruk Dalam Membaca (Muhammad Noer 2010:44) yaitu:
Vokalisasi, Sub
Vokalisasi, Gerakan
Bibir, Gerakan Kepala, dan Regresi (Pengulangan ke
belakang)
2.4
Critical Reading
2.4.1 Pengertian Critical Reading
Pengertian Nurhadi (1989:59)
menyatakan bahwa membaca kritis merupakan kemampuan seorang pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bacaan, baik makna
tersirat maupun tersurat, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis,
mensintesis dan menilai. Mengolah secara kritis artinya, dalam proses membaca
seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat, tetapi juga
menemukan makna antarbaris, dan makna di balik baris.
2.4.2 Tujuan
Critical Reading
Tujuan Menurut Agustina (2008:124) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah
membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan
kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta itu.
2.4.3 Manfaat Critical Reading
Manfaat Tarigan berpendapat bahwa Manfaat yang di dapat dalam
membaca kritisyaitu pertama, agar menemukan alasan-alasan penulis mengenai apa
yang
dikatakannya bukan hanya tentang keseluruhan kebenaran
tetapi juga dapat
menemukan alasan-alasan mengapa penulis mengatakan apa yang
dilakukannya. Kedua, membaca kritis
merupakan modal utama bagi mahasiswa.
2.5 Critical
Thinking
2.5.1 Pengertian
Critical Thinking
Menurut Richard W. Paul yang dikutip
oleh Kasdin dan Febiana (2012:5) “Berpikir kritis adalah proses disiplin secara
intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan dan mengevaluasi berbagai
informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan,
refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannya.
2.5.2 Tujuan
Critical Thinking
Tujuan Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan
untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu.
2.5.3 Manfaat Critical Thinking
Kritis seorang mahasiswa
akan sangat membantu mengambilkeputusan secara tepat, cermat, sistematis, benar
danogis, dengan mempertimbangkan berbagai sudutpandang atau aspek (Suprapto,
2007) .
BAB III
Konsep Mapping
3.1
Konsep Mapping
CRITICAL
THINKING
|
KURIKULUM
|
FKG
|
KBK
|
HYBRID
|
LEARN
HOW TO LEARN
|
PBL
|
SPEED
READING
|
CRITICAL
READING
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Mengingat pentingnya kreativitas mahasiswa tersebut, maka
di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas.Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode
atau model pembelajaran.Salah satu pembelajaran yang saat ini sedang berkembang
ialah pembelajaran berbasis masalah.Pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental mahamahasiswa untuk memahami
suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal
pembelajaran.Masalah yang disajikan pada mahasiswa merupakan masalah kehidupan
sehari-hari (kontekstual).Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang dengan
tujuan untuk membantu mahamahasiswamengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam
memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan
mereka dalam pengalaman-pengalaman.
Pada pembelajaran berbasis masalah mahasiswa dituntut
untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali
informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari
permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai
satu jawaban yang benar, artinya mahasiswa dituntut pula untuk belajar secara
kreatif.Mahasiswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu
melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
Dalam ruang lingkup pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa
berperan sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang
muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang
minimal, mahasiswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin
ada. Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses pembelajaran
khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan
berperan sebagai pemandu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan
memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru
berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu mahasiswa
untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri
utama pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan mahasiswa kepada
masalah atau pertanyaan yang autentik. multidisiplin, menuntut kerjasama dalam
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah
situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,
prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Ratumanan (diakses dari
http://nsant.student.fkip.uns.ac.id/), pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini membantu mahasiswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya.Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.
Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran
didasarkan pada masalah sehari-hari dan dalam pembelajaran mahasiswa diajak
untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu mahasiswaakan merasa ditantang
untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan mahasiswa
akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses
pembahasan, gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada
akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Mahasiswa biasanya sangat senang
karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.
Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan
Problem Based Learning ini memiliki beberapa arti, diantaranya :
Menurut Boud dan
Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada
pebelajar (mahasiswa/mahamahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk
ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan
bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran mahasiswa pada masalah autentik, sehingga mahasiswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang
lebih tinggi dan inquiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan
diri sendiri. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Ratnaningsih,
2003: menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran
yang menuntut aktivitas mental mahasiswa untuk memahami suatu konsep
pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.
tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek
yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong mahamahasiswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
mahamahasiswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang
masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu mahamahasiswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada mahamahasiswa untuk berifikir tentang massalah dan ragam
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang
berasal dari bahasa Inggris Problem-basedLearning adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi
untuk menyelesaikan masalah itu mahasiswa memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Model pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif,
berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini
5.2 Saran
1.Diharapkan guru mampu menggunakan model pembelajaran PBL dalam
proses belajarmengajar.
2.Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan
dengan metode pembelajaran PBL.
3.Diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah PBL dan
dapat melengkapi makalah PBL.
DAFTAR PUSTAKA
Saleh, Abbas. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yg Efektif Di
Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Agus, Suprijono.
2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Agustina. 2008. Pembelajaran
Keterampilan Membaca. (Buku Ajar). Padang: Fbss Unp.
Arends, R. L. 1997. Classroom Instruction And Management. New York: Mcgraw-Hill.
Bandung : Angkasa Bandung.
Budiyanto, R. A. (2010). Kajian
Empiris Perbandingan Antara Metode Pbl Dan Lecturing Dalam Soft Skill Dan
Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mahasiswa Akuntansi. Jakarta: Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan "Veteran".
Ennis, R. H. (1996) Critical Thinking. Upper
Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Harras, Kholid, Dkk. 2009. Membaca 1. Cetakan Keempat.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurmali, T. 2011. Seni
Strategimembaca Cepat Tanpa Lupa.Yogyakarta: Sophia Timur Publisher.
Muhammad Noer. (2010). Speed
Reading For Beginners. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung:
Sinar Baru.
Sitohang, Kasdin Dkk. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar