Minggu, 31 Juli 2016

Logam , Alloy dan Amalgam

Definisi logam :
The metal hand book (1992) mendefinisikan logam sebagai substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul sinar yang baik. Logam campur untuk kedokteran gigi didefinisikan sebagai logam yang mengandung 2 atau beberapa unsur, sekurang-kurangnya dari satu diantaranya adalah logam dan semuanya larut dalam keadaan yang dicairkan (Anusavice, 2004).
Logam pada umumnya tahan terhadap serangan kimia, tetapi beberapa logam memerlukan unsure campuran untuk menahan karat dan korosi dalam lingkungan mulut. Sebagai contoh kromium oksida. Logam mulia amat tahan terhadap korosi kimia dan oksidasi serta tidak memerlukan unsure pencampur untuk tujuan ini. Namun, logam mulia murni harus dicampur untuk memberikan kekuatan yang cukup terhadap deformasi dan fraktur bila digunakan untuk restorasi cor (Campuran padat dari logam dengan 1 atau lebih unsur non-logam atau logam lain disebut logam campur. Sebagai contoh, sejumlah kecil karbon ditambahkan pada besi untuk membentuk baja. Sejumlah kromium ditambahkan pada besi dan karbon untuk membentuk baja antikarat, suatu logam campur yang amat tahan terhadap korosi. Untuk meningkatkan ketahanan korosi baik pada nikel maupun kobalt, kromium juga ditambahkan untuk membentuk 2 basis logam campur yang dominan digunakan dalam kedokteran gigi. Meskipun emas murni juga mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya dan ketahannya terhadap deformasi plastik. Logam campur awal berkembang melalui berbagai uji dan percobaan tetapi logam campur untuk tujuan khusus yang akhir – akhir ini digunakan adalah hasil perkembangan teknologi (Annusavice, 2004)
LOGAM CAMPUR
            Kegunaan unsur logam murni cukup terbatas. Logam murni cenderung lunak dan seperti besi, kebanyakan logam tersebut cenderung mudah terkorosi. Logam-logam banyak digunakan untuk kehidupan beserta konstanta fisiknya. Logam ini mempertahankan sifat logamnya meskipun saat bahan tersebut tidak murni dan dapat menoleransi penambahan unsur lain baik dalam kondisi padat maupun cair (Anusavice, 2003)
            Jadi, untuk mengoptimalkan sifat, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah campuran dari 2 atau lebih unsur logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan non-logam. Meskipun campuran tersebut dapat dibuat dengan berbagai cara, umumnya dihasilkan dari fusi unsur-unsur diatas titik cairnya. Campuran padat dari logam dengan 1 atau lebih unsur non logam atau logam lain disebut logam campur. Sebagai contoh, sejumlah kecil karbon ditambahkan pada besi dan karbon untuk membentuk baja anti karat, suatu logam campur yang dominan digunakan dalam kedokteran gigi. Meskipun emas murni juga mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya terhadap deformasi plastik. Logam campur awal berkembang melalui berbagai uji dan percobaan tetapi logam campur untuk tujuan khusus yang akhir-akhir ini digunakan adalah hasil perkembangan teknologi (Anusavice, 2003).

Sifat-Sifat  Logam
Sifat Mekanik Logam
1.    Hardness (kekerasan)
Yakni ketahanan suatu logam terhadap penetrasi atau penusukan indentor yang berupa bola baja, intan piramida dll.
2.    Strenght (Kekuatan)
Yakni kemampuan suatu logam untuk menahan deformasi.
3.    Tahan Impact
Maksudnya sifat yang dimiliki oleh suatu logam untuk dapat tahan terhadap beban kejut (Combe, 1992).
Sifat Fisik Logam
1.    Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan logam berbeda antara logam yang satu dengan yang lain tergantung  pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada larutan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki titik leleh dan titik didih yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada ikatan.
2.    Daya hantar listrik
Logam menghantarkan listrik. Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi batas butiran kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap ada. Cairan logam juga menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa sampai logam mendidih.
3.    Daya hantar panas
Logam adalah konduktor panas yang baik. Energ i panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini menyebabkan elektron bergerak lebih cepat). Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
4.    Sifat dapat ditempa (Malleability) dan sifat dapat diregang (Ductility)
Logam digambarkan sebagai sesuatu yang dapat ditempa dapat dipipihkan menjadi bentuk lembaran, maksudnya bahwa logam itu mempunyai suatu sifat yang mampu dibentuk dengan suatu gaya, baik dalam keadaan dingin maupun panas tanpa terjadi retak pada permukaannya, misalnya dengan hammer (palu). Jika tekanan yang kecil dikenakan pada logam, lapisan atom akan mulai menggelimpang satu sama lain. Jika tekanan tersebut dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi asalnya. Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis. Jika tekanan yang lebih besar dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang satu sama lain sampai pada posisi yang baru, dan logam berubah secara permanen. Logam juga dapat diregang, dapat ditarik menjadi kawat, maksudnya bahwa suatu loogam itu dapat dibentuk dengan tarikan sejumlah gaya tertentu tanpa menunjukan gejala-gejala putus. Contoh dari gejala putus yakni adanya pengecilan permukaan penampang pada salah satu sisi. Hal ini karena kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan ikatan logam.
5.    Toughness (Sifat Ulet)
Yakni kemampuan suatu logam untuk dibengkokan beberapa kali tanpa mengalami retak.
6.    Weldability
Merupakan kemampuan suatu logam untuk dapat dilas, baik dengan menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).
7.    Corrosion resistance (tahan korosi)
Yakni kemampuan suatu logam untuk menahan korosi atau karat akibat kelembaban udara, zat-zat kimia, dll.
8.    Machinibility
Yaitu kemampuan suatu logam untuk dikerjakan dengan mesin.
9.    Modulus Elastisitas
Merupakan ukuran kekakuan suatu bahan. Jadi semakin tinggi nilainya semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda apabila diberi gaya.
10.    Kekerasan logam
a.    Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi oleh batas butiran karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak batas butiran (butiram-butiran kristal lebih kecil), menyebabkan logam lebih keras.
b.    Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom tidak berkaitan dengan baik satu sama lain, logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan jumllah batas butiran tidak hanya membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat logam menjadi rapuh.
c.    Sifat – sifat suatu logam tergantung dari perlakuan termis dan mekanis yang dikenakan. Sifat suatu logam tidak hanya tergantung pada dua faktor ini, tetapi juga pada komposisinya. Sifat-sifat mekanis suatu logam dapat sangat berbeda dengan komponen logam atau metalloid asalnya  (Combe, 1992).
Sifat Kimia Logam
1.    Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung melepaskan elektron daripada menangkap elektron untuk membentuk kation. Logam berikatan dengan lainnya untuk mencapai stabil. Contohnya,     Na+         Mg2+       Al3+ .
2.    Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam.  Semua logam memiliki titik leleh yang tinggi, kecuali merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn) dan timbal (Pb).
3.    Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
4.    Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk membentuk logam hidroksida (Combe, 1992).

2.2      Sifat Toksik pada Logam
2.3.1        Pengertian Toksisitas Logam
Toksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun. Zat-zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kulit, dan mulut (Bondy,1998)

2.3.2 Macam-macam logam toksis antara lain :
1.      Mercuri (Hg)
Sistem saraf pusat adalah target organ dari toksisitas metil merkuri, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang timbul adalah:
                                 i.      Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
                               ii.      Gangguan saraf motorik:  lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara
                             iii.      Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala (Bondy, 1998).

2.      Cadmium (Cd)
Cadmium memnyebabkan keracunan bila memakan atau inhalasi dosis kecil Cd dalam waktu  yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi  glumerolus ginjal.
Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cd krosik.
Cadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal. Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada penduduk wanita umur 40 tahun keatas. Penyakit terus berlanjut sampai 10 tahun. Terjadi patah tulang pada beberapa lokasi: 28 pd tulang iga; dan 72 pada tulang yang lain (Bondy, 1998).

3.      Cuprum (Cu)
Adanya Cu atau tembaga pada makanan disebabkan terutama karena penggunaan insektisida dan pestisida di dalam usaha-usaha pertanian. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila interaksi sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian (Bondy, 1998).
4.       (Zn) Seng
Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Tetapi Zn ini tidak terlalu berbahaya seperti yang lain (Bondy, 1998).
5.       Ni (Nikel)
Ni dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia. Pada umumnya orang bisa terpapar Ni di tempat kerja dalam produksi atau proses yang menggunakan bahan Ni atau bisa juga melalui kontak dengan perhiasan yang mengandung Ni, stainless steel, serta peralatan masak yang mengandung Ni atau bahan asam tembakau. Paparan nikel (Ni) bisa terjadi melalui inhalasi, oral, dankontak kulit.
Paparan akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bisa mengakibatkan kerusakan berat pada paru-paru dan ginjal serta gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah dan diare.Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala antara lain dermatitis nikel berupa eksema ( kulit kemerahan, gatal ) pada jari-jari, tangan, pergelangan tangan, sertalengan. Paparan kronis Ni , secara inhalasi bisa mengakibatkan gangguan pada alat pernafasan, berupa asma, penurunan fungsi paru-paru, serta bronchitis.
Tingginya kadar Ni dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkanmunculnya berbagai efek samping, yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang bisamengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin di bawah normal.Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin. Konsumsimakanan mengandung Ni 600 mg/hari sudah menunjukkan toksisitas pada manusia (Bondy, 1998).

6.      Sn (Timah)
Logam timah merupakan unsur yang beracun dimana orang yang terpapar timah dalam jangka waktu lama. Misalnya pekerja, atau penduduk yang tinggal di sekitar industri yang menggunakan bahan timah hitam akan mengalami penyakit anemia, gejalanya terdapat garis biru hitam pada gusi, nyeri perut, konstipasi (sulit buang air besar), dan muntah. Oleh karenanya, harus diwaspadai adanya timah pada kemasan makanan dan minuman, peralatan yang mengandung timah misalnya baterai, cat, dan minyak bumi (Bondy,1998)
7.      Cr (Chromium)
Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal.
      Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas. Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV. Bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis. Pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut (Bondy,1998)
8.      Co (Cobalt)
Logam Cobalt sebenarnya dibutuhkan manusia dalam jumlah yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Cobalt (Co) dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh manusia
1.        Toksisitas kobalt cukup rendah dibandingkan dengan logam lain dalam tanah.
Cobalt (Co) dalam jumlah yang besar yang masuk ke dalam tubuh akan merusak kelenjar gondok, sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah menjadi tinggi, pergelangan kaki menjadi bengkak, penyakit gagal jantung, sesak nafas, batuk-batuk dan kondisi badan yang lemah (Bondy,1998)

2.2.3          Proses Toksisitas pada Manusia
a)      Pada syaraf
mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran dan kelakuan(Sunderman,1998)
b)      Pada pernapasan
Banyaknya logam menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan, bagian yang dipengaruhi bergantung pada jenis logam dan tingkat pemakaian(Sunderman,1998)
c)      Pada ginjal
Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ sasaran keracunan logam. Kadmium memengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin (Sunderman,1998)
2.3.4    Akibat Toksisitas Logam
a)      Karsigogenisitas
Karsinogenisitas merupakan pembengkakan pada jaringan tubuh (tumor). Tumor diakibatkan oleh peningkatan zat-zat kimia yang beracun.Beberapa logam bersifat karsinogenik pada manusia dan hewan. Logam-logam tersebut adalah arsen, kromium,berilium, kadmium, dan sisplatin (Sunderman,1998)
b)      Gangguan fungsi imun
Konsumsi makanan yang mempunyai bahan logam beracun dapat mengakibatkan penghambatan berbagai fungsi imun. Logam-logam lain, seperti berilium, kromium, nikel, emas, merkuri, platina, dan zirkonium dapat menginduksi reaksi hipersensivitas. (Sunderman,1998)
korosi logam
Korosi adalah proses kimia atau elektrokimia melalui logam yang diserang oleh bahan alam, seprti air dan udara, yang menghasilkan pelarutan sebagian atau menyeluruh, kerusakan, atau melemahnya substansi yang padat. Walaupun kaca dan bahan nonlogam lainnya rentan terhadap degradasi lingkungan, logam pada umumnya lebih rentan terhadap serangan semacam itu karena reaksi elektrokimia (Annusavice,2003)         
Pada sebagian besar keadaan, korosi tidak diinginkan. Di dalam praktek dokter gigi, korosi di sekitar tepi restorasi amalgam gigi dapat bermanfaat karena produksi korosi cenderung menutup celah bagian tepi dan menghambat masuknya cairan mulut serta bakteri. Beberapa logam dan logam campur tahan terhadap korosi baik karena kandungan ‘logam mulianya’ atau karena terbentuknya lapisan perlindungan permukaan (Annusavice,2003)
Contoh paling umum dari korosi adalah terbentuknya karat dari besi, suatu reaksi kimia yang kompleks dimana zat besi berkombinasi dengan oksigen di dalam udara dan air untuk memmbentuk oksida besi yang terhidrasi. Oksida ini padat, poros lebih tebal, lebih lemah, serta lebih rapuh daripada logam asalnya. 
Secara spesifik, korosi tidak hanya merupakan deposit permukaan, tetapi benar –benar kerusakan dari logam akibat reaksi dari lingkugan. Seringkali, khususnya pada permukaan yang mendapat tekanan atau logam dengan ketidak murnian antar granular atau dengan produksi korosi yang tidak menutupi seluruh subtract logam. Kecepatan serangan korosi akan meningkat dengan berjalannya waktu. Pada saatnya, sserangan korosi yang sangat terlokalisir dapat meninnbulkan  kerusakan mekanis yang cepat dari struktur meskipun kehilngan bahan yang nyata hanya kecil saja (Anisavice,2003).
Desintegredasi dari logam ini dapat terjadi melalui aksi cairan : asam, atmosfer, atau larutan basa, dan bahan kimia tetentu. Karat sering merupakan awal korosi (Annusavice,2003).
Selain itu, air, oksigen, dan ion klorida ada dalam saliva dan ikut berperan pada serangan korosi. Berbagai aasam seperti fosforik, asetik, dan laktik juga ada sepanjang waktu. Pada konsentrasi dan pH yang tepat asam – asam ini menimbulkan korosi (Annusavice,2003).
Ion – ion khusus dapat berperan penting pada korosi logam – logam tertentu. Sebagai contoh, oksigen dan klorin dikaitkan dengan korosi amalgam pada antar-muka gigi dan pada bahan logam campur. Sulfur barang kali  merupakan  ion  yang  paling  nyata  peranannya  pada pembentukan karat permukaan pada logam campur cor yang mengandung perak, walaupun klorida juga di identifikasi sebagai faktor ytang ikut berperan di sini (Annusavice,2003).
Macam macam korosi yang ditimbulkan dari pemakaian logam
a)    Korosi kimia (chemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi dengan reaksi kimia akibat adanya interaksi antara logam dan non logam. Terjadi dalam keadaan kering, tidak ada air atau cairan elektrolit lainnya(Annusavice,2003).
b)   Korosi elektrokimia (electrochemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi bila reaksinya berlangsung dengan suatu elektrolit, yaitu cairan yang mengandung ion-ion. Reaksi berlangsung dengan adanya air, cairan elektrolit. Reaksi semacam inilah yang paling banyak terjadi pada reaksi korosi pada rongga mulut(Annusavice,2003).
Syarat-syarat logam pada KG
Menurut Combe tahun 2003, syarat-syarat logam yaitu :
a)    Syarat secara kimia
Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan yg dikonsumsi dan tidak luntur serta berkarat atau korosi
b)   Syarat secara biologi
Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat karsinogen
c)    Syarat secara mekanis
Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan
d)   Syarat secara fisik
e)    Konduktivitas thermal kuat
f)    Syarat secara estetik
g)   Memberikan penampilan natural pada gigi
h)   Biokompatibel
Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larutdalam saliva, tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yg berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas
i)     Bahannya tersediadalam jumlah besar dan mudah di dapat
j)     Biaya tidak mahal
k)   Titik cairnya tinggi, tahan terhadap korosi
l)     Pertahanan terhadap abrasi baik
m) Mudah disolder dan dipoles
Kelebihan dan Kekurangan Logam Campur
Kelebihan:
a.    Kekuatan dan ketahanannya paling baik dibanding tambalan lain.
b.    Lebih sedikit pengambilan jaringan gigi dibanding porselen.
c.    Tahan korosi.
d.   Resiko kebocoran minimal.
e.    bentuk dapat dengan mudah dimanipulasi (Anusavice, 2003).
Kekurangan:
a)    Paling mahal dibanding tambalan lainnya.
b)   Tidak sewarna gigi.
c)    Dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi sangat jarang (Anusavice, 2003).
Kegunaan Logam Kedokteran Gigi
Menurut Craig Tahun 2002 Logam digunakan untuk:
a)    restorasi gigi,(Inlay,Onlay,Overlay)
b)   gigi tiruansebagian rangka logam
c)    dental implant
Kegunaan logam campur
a)    Dental Amalgam : digunakan untu tambal gigi
b)   Alloy emas
a.    Digunakan untuk inlay, mahkota dan jembatan
b.    Landasan gigi tiruan sebagai tuangan
c.    Digunakan dlm bentuk kawat
c)    Alloy Cobalt-Chromium, Alloy Silver palladium, Alloy Aluminium – bronze : Digunakan untuk landasan gigi tiruan          sebagai tuangan (Craig,2002)
AMALGAM
Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam, diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain seperti gallium, indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi (Anusavice, 2004).
Tambahan : Amalgam adalah alloi yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-perakan yang lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Sedangkan alloi (logam campur) sendiri berarti suatu produk yang dibentuk oleh penggabungan dua logam atau lebih yang sama-sama larut dalam air dan biasanya disuplay dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan merkuri.
Proses amalgamasi
Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam tergantung dari tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda – beda dari operator menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan amalgam yang homogen.
Komposisi dan fungsi unsur – unsur dental amalgam
Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri, platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam tersebut memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada Tabel 1 dapat dilihat komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam (Anusavice, 2004).
Tabel 1. Komposisi Dari Alloy Amalgam
Alloy
Persentase Berat

Silver

65 (minimum)

Tin

29 (maximum)

Copper

6 (maximum)

Zinc

2 (maximum)

Mercury

3 (maximum)
Fungsi unsur – unsur kandungan bahan restorasi
1. Silver
a.    Memutihkan alloy
b.    Menurunkan creep
c.    Meningkatkan strength
d.   Meningkatkan setting ekspansion
e.    Meningkatkan resistensi terhadap tarnis
2. Tin              
a.    Mengurangi strength dan hardness
b.    Mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat ditoleransi.
c.    Meningkatkan kontraksi
d.   Mengurangi resistensi terhadap tarnis dan korosi
3. Copper
a.    Meningkatkan ekspansi saat pengerasan
b.    Meningkatkan strength dan hardness
4. Zinc
a.    Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.
b.    Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan sifat – sifat amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama proses pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur – unsur penting seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang palstis.
5. Merkuri
Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam alloy. Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
6. Palladium
a.    Mengeraskan alloy
b.    Memutihkan alloy
7. Platinum
a.    Mengeraskan alloy
b.    Meningkatkan resistensi terhadap korosi (Anusavice, 2004).
Klasifikasi Amlagam
Alloy dalam pembuatan dental amalgam dalam garis besarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe, yaitu: alloy konvensional dan alloy modern. Berikut kami jabarkan.
1.    Alloy konvensional (Low Copper Alloy)
Alloy konvensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut Silver 67-74 %, Tin 25-27 %, Tembaga 0-6%, Zinc 0-2%, merkuri 2-3 %. Perbedaan antara alloy konvensional terletak pada bentuk dan ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan lathesin bubut bisa berbentuk coarse/grain halus. Alloy adalah berupa campuran partikel-partikel, partikel dengan ukuran berlainan tersebar di dalam alloy dan tersusun secara efisien. Selain pemotongan dengan lathe, ada jga partikel spheris (Anusavice, 2004).
2.    Alloy Modern (High Copper Alloy)
Merupakan alloy kaya tembaga.  Logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi menjadi bahan pilihan karena sifat mekaniknya, ketahanan korosi, intergitas bagian tepi serta kinerjanya dalam percobaan klinik  yang lebih baik, Alloy ini mempunyai beberapa tipe, yaitu (Anusavice, 2004):
a)    Blendded alloy (dispersion modified alloy) logam campur gabungan. Alloy ini mengandung dua bagian partikel alloy konvensional yang dipotong dengan lathe ditambah dengan satu bagian alloy silver-cooper eutectic spheris (70 % Ag +  30 % Cu). Amalgam yang dibuat dari bubuk ini lebih kuat dari bubuk lathe-cut dengan tembaga rendah. Komposisinya adalah sebagai berikut: silver 69 %, Tin 7 %, tembaga 13 % dan zinc 4 %.
b)   Single composition  alloy. Disebut logam campur komposisi sama karena setiap partikel mempunyai komposisi kimia yang sama. Komposisi dari ini adalah perak 60 %, timah 27 %, dan tembaga 13%.
Struktur dan setting reaksi (Amalgamasi)
1.    Alloy konvensional.
Saat merkuri berkontak dengan permukaan partikel logam campur Ag-Zn terjadilah amalgamasi. Jika bubuk ditriturasi, perak dan timah dibagian luar partikel akan larut menjadi merkuri. Pada saat bersamaan merkuri berdifusi ke partikel logam campur. Setelah triturasi terbentuklah fase plastis sewaktu merkuri tersisa melarutkan partikel logam campur, kristal gamma 1 dan 2 akan bertumbuh. Saat merkuri hilang amalgam menjadi keras. Sisa partikel merkuri di amalgam yang mengeras akan tetap ada karena ketidak cukupan reaksi antara logam dan merkuri. Selama dan setelah pencampuran, fase larut dalam mercury (Anusavice, 2004).
Menurut Anusavice (2004), terjadi reaksi yang menghasilkan pembentukan dan pertumbuhan kristal yang terdiri atas sedikitnya dua fase :
1)  Senyawa Ag2Hg3 dengan struktur heksagonal, disebut fase gamma 1.
2). Suatu senyawa tin dengan mercury berstruktur heksagonal dengan formula Sn7-8Hgdisebut fase gamma 2. Reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut :Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn(unreacted) atau, gamma + Hg gamma 1 + gamma2 + gamma.
2.    Alloy modern.
a.    Logam campur gabungan. Saat merkuri berreaksi dengan bubuk gabungan, perak akan larut ke dalam merkuri dari pertikel logam campur Ag-Cu. Timah dalam larutan berdifusi ke permukaan partikel logam campur Ag-Cu  dan berreaksi dengan fasa tembaga untuk membentuk fasa (Cu6Sn5). Lapisan kristal mikro terbentuk disekitar partikel logam campur Ag-Cu yang tidak dikonsumsi. Lapisan mikro pada partikel loogam campur Ag-Cu juga mengandung beberapa kristal gamma 1. Gamma I adalah fasa matriks yaitu fasa yang mengikat partikel-partikel logam campur yang tidak dikonsumsi bersama-sama (Anusavice, 2004).
b.    Logam campur kompoisi tunggal.bila ditriturasi dengan merkuri, perak dan timah dari fase Ag-Zn akan larut di merkuri. Sementara sejumlah kecil tembaga juga larut dalam merkuri. Kristal gamma 1 akan terbentuk membuat matriks yang mengikat partikel logam campur yang terlarut sebagian. Terdapat juga kristal mikro namun ini lebih besar dari pada yang terdapat pada partikel Ag-Cu pada logam campuran (Anusavice, 2004).
·         American Dental Association (ADA) Specification No 1 mengharuskan agar logam campur amalgam mempunyai kandungan utama dari perak dan timah. Unsur-unsur lain yang tidak ditentukan, seperti tembaga, seng, emas dan merkuri dalam jumlah yang tidak ditentukan dibolehkan ada dalam konsentrasi kurang daripada konsentrasi perak atau timah. Secara historis, logam campur amalgam mengandung perak sekurang-kurangnya 65% berat, timah 29% berat, tembaga kurang dari 6% berat, dan seng kurang dari 1% berat, suatu kombinasi yang mendekati anjuran G.V. Black pada tahun 1986. Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:
a.       Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:
1)      Alloy binary, contohnya: silve-tin
2)      Alloy tertinary, contohnya: silvertincopper
3)      Alloy quartenary, contohnya: silver tincopperindium
b.      Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:
1)      Microcut, dengan ukuran 10-30 μm.
2)      Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.
c.       Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:
1)      Alloy lathe cu
Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur, seperti yang terlihat pada gambar :
2)      Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil, seperti yang terlihat pada gambar. Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.
3)      Alloy spheroidal
Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.
d.      Berdasarkan kandungan tembaga
Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan (strength), kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam berdasarkan kandungan tembaga yaitu (Ucar, 2011):
1)      Low copper alloy
Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc (0-1%).
2)      High copper alloy
High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai:
a)      Admixed dispersiblended alloys
Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe cut alloy dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper lathecut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).
b)      Single composisition atau unicomposition alloys
Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).
e.       Berdasarkan kandungan zinc
1)      Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.
2)      Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.
Sifat Fisik Amalgam
1.    Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI – ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979)
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
2.    Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1.    Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
2.    Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3.    Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4.    Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5.    Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.
3.    Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies. Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam
4.    Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

B. Sifat Mekanik Amalgam
1. Kekuatan
Amalgam harus cukup kuat untuk menahan beban yang ditumpukan pada restorasi amalgam dalam rongga mulut. Ketidakmampuan dalam menahan beban dapat menimbulkan fraktur besar atau fraktur marginal pada tepi amalgam. Ada dua jenis kekuatan amalgam, yaitu tensile strength dan compressive strength. Tensile strength amalgam kira-kira 12,5% dari compressive strength-nya pada hari pertama. Umumnya, pembentukan high copper spherical amalgam adalah yang tercepat. Manipulasi amalgam dapat mempengaruhi kekuatan amalgam. Kondensasi yang tidak memadai dapat menurunkan kekuatan amalgam. Pengadukan amalgam yang terlalu lama atau terlalu sebentar juga dapat menurunkan kekuatan amalgam karena mengubah rasio dari g  yang tidak bereaksi membentuk g1 dan h. Untuk memperoleh kekuatan maksimal, dianjurkan mengikuti petunjuk pabrik pada proses manipulasinya. (Powers and Wataha, 2008, p.104)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1.    Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi
2.    Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3.    Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
  1. Efek Porositas. sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik.
4.    Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)





C. Sifat Kimia Amalgam
1.    Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam– amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.
2.    Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1.    memoles tumpatan amalgam
2.    meminimalkan timbulnya arus galvanis
3.    tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.
3.    Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
Tambahan : Korosi berbeda dengan tarnish. Amalgam dapat mengalami tarnish karena pembentukan lapisan sulfide pada permukaannya. Tarnish melibatkan hilangnya kilau dari permukaan logam atau alloy karena pembentukan surface coating. (Mc Cabe and Walls, 2008, p.187). Tarnish dapat menurunkan nilai estetika dari restorasi amalgam, namun tidak menyebabkan kegagalan restorasi. (Powers and Wataha, 2008, p.106). Sedangkan korosi adalah masalah serius yang mengakibatkan perubahan karakteristik struktur dan mekanik. Korosi dapat dipercepat ketika restorasi amalgam kontak dengan restorasi emas. Perbedaan potensial yang sangat jauh antara keduanya ini meghasilkan korosi yang sangat nampak. Korosi menghasilkan tampilan restorasi yang tidak menarik dan secara signifikan mempengaruhi karakteristik mekanik, seperti terjadinya creep. (Mc Cabe and Walls, 2008, p.187). Korosi menyebabkan kegagalan restorasi amalgam. Tarnish dan korosi lebih sering terjadi pada restorasi amalgam dengan permukaan kasar. (Powers and Wataha, 2008, p.106-107).



D. Sifat Biologi Amalgam
1.    Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermatitis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.(Anusavice, 2004) . Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)
2.    Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan yang paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru- paru oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan dilahirkan.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Meminimalisir Efek Merkuri yang Terkandung Dalam Restorasi Amalgam
1.    Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.
2.    Jangan disentuh dengan tangan
3.    Menggunakan masker
4.    Tempatkan merkuri pada tempat dengan segel rapat
5.    Bersihkan segera semua komponen yang terkena merkuri.
6.     Gunakan kapsul yang rapat selama prosesamalgamasi
7.    Gunakan teknik tanpa sentuh selama pengaplikasian amalgam
8.    Simpan semua kepingan amalgam dalam air yang mengandung sodium thiosulfate
9.    Bekerja pada ruangan dengan ventilasi yang baik
10.     Hindari pemasangan karpet pada ruang perawatan karena proses dekontaminasi pada karpet sulit.

Pemanipulasian Amalgam
Manipulasi amalgam dapat melalui proses :
1.    Proportioning
     Perbandingan antara alloy dan merkuri harus sesuai. Menggunakan perbandingan alloy dan mercury 5:7 atau 5:8. Kelebihan mercury mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis Jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.
2.    Triturasi
     Pencapuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. Proses triturasi dapat dilakukan dengan cara manual dan mekanis.
3.    Kondensasi
     Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
4.    Trimming dan Carving
     Amalgam yang dibuat dari serbuk alloy yang kasar lebih sukar mengukirnya karena kepingan alloy yang agak besar dapat tertarik oleh instrument dari permukaan. Apabila dikehendaki pengukiran yang mudah, dapat menggunakan alloy spheris. carving yang dilakukan untuk mendapatkan kontur, kontak dan anatomi yang sesuai sehingga mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya.
5.    Polishing.
     pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk meminimalisir korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan dilakukan 24 jam setelah penambalan, setelah tambalan cukup kuat.
Reaksi Pengerasan Amalgam
Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri dicampur. Pencampuran ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut dalam merkuri dan membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ag3Sn + Hg                           Ã                  Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg
       γ       + merkuri                    à                       Î³     +    Î³1         + γ 2
                powder     liquid                 
Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan setelah reaksi pengerasan berupa struktur inti (γ yang tidak bereaksi), γ1 dan γ2 yang secara mikroskopis membentuk suatu susunan jala yang tidak terputus-putus
Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai setelah 24 jam pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang cukup akan mencegah terjadinya ekspansi maupun kontraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.
Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata. Peningkatan kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga untuk amalgam tipe high copper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
γ 2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ1
Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau sedikit mengandung fase γ.
Modifikasi reaksi pengerasan yang terjadi pada amalgam tipe high copper menghasilkan beberapa kelebihan, yaitu:
a. Compressive strength lebih tinggi
b. Final strength terjadi lebih cepat
c. Meminimalisasi creep
d. Meminimalisasi korosi
e. Hardness yang lebih tinggi
tambahan :
Reaksi pengerasan terjadi setelah powder alloy amalgam dan liquid merkuri tercampur dengan sempurna. Awalnya akan terjadi absorbsi merkuri ke dalam partikel, diikuti oleh pengkristalan senyawa Ag2Hg3 yang disebut γ sebagai fase gamma satu dsn fase Sn8Hg yang disebut sebagai fase gamma 2. Kristal – kristal ini membentuk pengerasan amalgam.
Reaksi tersebut sebagai berikut:
1. Reaksi dengan menggunakan alloy binary :
Perak-timah + Merkuri       à Perak-timah + Merkuri-perak + Timah merkuri
            Ag3Sn             Hg        Ã        Ag3Sn             Ag2Hg3          Sn8Hg
              γ                                 Ã           γ                      Î³1                    Î³2
2. Reaksi dengan menggunakan alloy tertinary :
Ag-Sn-Cu + Hg                  à Ag-Sn-Cu + γ1 + Cu6Sn5
Ketiga fase γ ini memiliki peranan dalam mengatur sifat amalgam. Komponen yang paling kuat adalah γ, dan yang paling lemah adalah γ2. Oleh karena itu, γ2 lebih rentan terhadap korosi daripada fase yang lainnya. Setelah triturasi, kontraksi akan terjadi sampai 20 menit dengan mengendapnya γ1. Kontraksi terjadi karena larutnya patikel Ag dan terbentuknya γ1. Pada saat γ1 semakin banyak, Kristal ini akan semakin bergesekan sehingga akan menghasilkan tekanan ke arah luar yang akan melawan kontraksi. Selama bergesekan terdapat liquid merkuri yang cukup untuk menyediakan tempat plastis agar kristal tersusun rapat, ini disebut fase matrix.



Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
Kelebihan :
·       Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
·       Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
·       Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.
·       Biayanya relatif lebih rendah
Kekurangan :.
·       Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
·       Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.
·       Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
·       Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
·       Sering menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies. Solusinya enggunakan “cavity varnish” yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus tahan air.
·       Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan logam lain. Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan amalgam.

Merkuri
Merkuri atau yang dikenal dengan air raksa adalah suatu logam cair berwarna keperakan. Merkuri berasal dari bahasa Yunani yaitu Hidragirum,dengan simbol Hg. Loggam ini menguap pada suhu kamar dan titik beku -39 derajat C. Uap merkuri tidak memiliki bau,warna,maupun rasa (Alfian, 2006).
b.   Manfaat Merkuri
Pemanfaatan logam merkuri pada saaat ini sudah hampir mencangkup kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun, merkuri telah banyak di gunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, dan industri (Alfian, 2006).
Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke-15 dimana merkuri digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih luka sampai di ketahui bahwa bahan tersebut beracun sehingga tidak digunakan lagi. Komponen merkuri organik digunakan untuk obat diuretika sampai bertahun-tahun dan juga digunakan untuk kosmetik (Alfian, 2006).
Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membunuh jamur sehingga digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian. Merkuri organik juga digunakan untuk pembasmi hama tanaman (Alfian, 2006).
Dalam bidang industri, terbanyak adalah alat-alat listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan. Merkuri juga digunakan pada pembuatan batrai, karebe baterai dengan bahan yang mengandung merkuri dapat tahan lama.
Selain itu merkuri juga digunakan dalam industri klor alkali yang menghasilkan klorin (Cl2), dimana perusahaan air minum memenfaatkan klorin untuk penjernih air dan pembasmi kuman (proses klorinasi) (Alfian, 2006).
3. Sifat - sifat Merkuri
Menurut Anusavice (2004) ,ada beberapa sifat merkuri adalah sebagai berikut:
1)   kelarutan rendah
2)   sifat kimia yg stabil terutama di lingkungan sediman
3)   mempunyai sifat yg mengikat protein, sehingga mudah terjadi biokonsentrasi pada tubuh organism air melalui rantai makanan.
4)   Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu-390C.
5)   Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
6)   Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.
7)   Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam (alloy).
8)   Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.
9)   pada fase padat berwarna abu abu dan pada fase cair berwarna putih perak.
Selain sifat diatas mercury juga memiliki  sifat kimia seperti :
·           Daya hantar listrik yang tinggi
·           Bersifat diagmanetik
·           Memberikan uap monoatom dan mempunyai tekanan uap (1,3 x 10-3 mm) pada suhu 20oC.
·           Larut dalam cairan polar maupun tidak polar.
·            Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain.Karena penguapan dan toksisitas yang tinggi, air raksa harus disimpan dalam kemasan tertutup dan ditangani dalam ruang yang cukup pertukaran udaranya.
·           Air raksa mudah hilang dari larutan akua garam air raksa karena reduksi oleh runutan bahan pereduksi, atau dengan disproporsionasi Hg22+.
·           Cenderung membentuk ion-ion M22+.
·           Dilihat dari potensial standar, jelas bahwa hanya zat pengoksidasi dengan potensial dalam ranah – 0,79 V sampai -0,85 V dapat mengoksidasi air raksa menjadi Hg1 namun tidak menjadi Hg11.
·           Apabila air raksa direaksikan dengan zat pengoksidasi berlebih, seluruhnya akan berubah menjadi Hg11.
·           Kebanyakan senyawa raksa bersifat kovalen. Kemantapan ikatan Hg – C mengakibatkan banyaknya jumlah senyawa raksa organik. Halida logam, kecuali HgF2, hanya sedikit mengion dalam larutan berair.
·           Raksa tidak akan membentuk H2 (g) dari H+ (aq).
·           Raksa membentuk ion diatomik dengan ikatan kovalen logam-logam, Hg22+.
·           Zn dan Cd adalah logam yang cukup aktif sedangkan Hg tidak.
Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:
1.    Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi,alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustikdan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.
2.    Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous) Misalnya:
-       Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dandigunakan sebagai desinfektan
-       Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan laksansia (calomel)
-       Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
3.    Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk antara lain :
-          Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpaisebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb.dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.
-          Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida (Kimsman, 2011).

Bahaya Merkuri
1.    Merkuri elemental (Hg)
-          Inhalasi: paling sering menyebabkan keracunan
-          Tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik karena absorpsinya yang rendah kecuali jika adafistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal atau jika merkuri tersimpan untuk waktu lama disaluran gastrointestinal.
-          Intravena dapat menyebabkan emboli paru.
     Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah melalui sawar otak dan plasenta. Di otakia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentukmerkurik (Hg++ ) ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan protein selulersehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan logam merkuri membentuk uapmerkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan (Kimsman, 2011).
2.    Merkuri inorganik
            Sering diabsorpsi melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit.Pemaparan akut dan kadar tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan pada pemaparan kronis dengan dosis rendah dapat menyebabkan proteinuri, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan imunologis (Kimsman, 2011).
3. Merkuri organik
            Terutama bentuk rantai pendek alkil (metil merkuri) dapat menimbulkan degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang.Metil merkuri mudah pula melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy (Kimsman, 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar