BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Material
Cetak
Material
cetak merupakan bahan yang di gunakan untuk membuat tiruan negatif dari rongga
mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi
tersebut di gunakan oleh dokter gigi sebagai
model studi maupun model kerja. Untuk menghasilkan hasil cetakan yang
akurat, bahan yang di gunakan untuk membuat tiruan dari jaringan intraoral dan
ekstraoral harus memiliki kriteria sebagai berikut. Pertama bahan tersebut
harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk
berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua, selama di mulut bahan tersebut harus berubah
(mengeras) menjadi bahan padat menyerupai
karet dalam waktu tertentu, idealnya waktu pengeraan total harus kurang
dari 7 menit. Akhirnya cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek
ketika dikeluakan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehinggga
bahan cor dapat di tuang. (Anusavice , 2003)
Sifatnya
bahan cetak dapat di kelompokkan menurut mekanismenya. Ada 2 jenis bahan cetak,
yakni bahan cetak elastis dan bahan cetak non-elastis. Bahan cetak non-elastis
di bagi lagi menjadi bahan cetak non elastis yang irreversible dan bahan cetak
non elastis reversible. Sedangkan bahan cetak elastis dapat di bagi lagi
menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer tanpa air. Bahan
cetak elastis dapat secara akurat memproduksi
baik struktur keras maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut
dan setelah interproksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk tiruan
sebagai cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi tunggal (Anusavice, 2003).
Bahan cetak elastis dapat diklasifikasikan
menjadi bahan cetak hidrokoloid dan elastomer. Bahan cetak hidrokoloid
merupakan bahan cetak yang substansinya dasarnya berupa koloid yang di
reaksikan dengan air, sehingga di sebut hidrokoloid. Koloid merupakan kombinasi
dari wujud benda apapun, terkecuali bentuk gas. Semua penghambur koloid disebut
sol. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat di klasifikasikan menjadi bahan
cetak hidrokoloid irreversible, dan
bahan cetak hidrokoloid reversible (Anusavice
, 2003).
Material
cetak hidrokoloid irreversible dapat
di contohkan dengan alginat. Bahan ini di sebut irreversible, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud
dasarnya setelah bereaksi mejadi wujud
sol. Bahan ini di temukan saat bahan cetak yang di gunakan sebelumnya menjadi
langka, yakni pada waktu perang dunia ke dua. Bahan ini memiliki kelebihan di
bandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang mudah, nyaman
bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan
(Anusavice , 2003).
2.2 Material Cetak Elastis
Material
cetak elastik dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun lunak
dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal (Anusavice, 2004).
2.2.1 Hidrokoloid
Hidrokoloid adalah suatu polimer larut dalam
air, yang mampu membentuk koloid dan mampu mengentalkan larutan atau mampu
membentuk gel dari larutan tersebut. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan
cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dangan air
sehingga disebut hidrokoloid (Anusavice,2003).
1. Hidrokoloid Reversible
Ø Agar
Agar
merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organik yang di ekstrat dari
rumput laut jenis tertentu.Terdapat dalam konsentrasi 8% - 15%, bergantung pada
sifat bahan yang dimaksud (Combe,1992).
A. Sifat agar :
a.
Sifat Viskoelastik
Hubungan
tegangan – regangan dari bahan hidrokoloid berubah begitu besarnya beban
berubah.Sifaat ini menunjukkan perlunya mengeluarkan cetakan dari dalam mulut
dengan cepat.Karena apabila pengeluaran cetakan dari dalam mulut secara
perlahan, diputar atau diungkit akan menyebabkan terjadi distorsi (Combe, 1992).
b.
Daya reproduksi
Sifat ini
mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat
dari serangkaian cetakan . Untuk teknik die gandi, dibuat dibuat satu
cetakan dan kemudian dipotong-potong menjadi die individual untuk gigi yang
akan dipreparasi (Combe,1992).
B.
Komposisi bahan cetak
agar
Agar merupakan salah satu jenis koloid
hidrofilik organik yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Terdapat
dalam kosentrasi 8% - 15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud. Kandungan
utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel, biasanya biasanya ditambah
sedikit boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis retarder terbaik
untuk pengerasan gypsum (Combe, 1992).
Kandungan air
yang berlebihan dalam agar juga dapat memperlambat pengerasan gypsum. Oleh
karena itu, menyeimbangkan pengaruh air dan boraks pada gel, ditambah sedikit
kalium sulfat.Kalium sulfat merupakan zat pemercepat kekerasan gypsum. Beberapa
bahan pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma,tanah liat, silica, malam,
karet dan serbuk kaku serupa (Anusavice, 2003).
C.
Manipulasi bahan cetak
agar
Secara umum ada 3 tahapan yaitu:
1)
Persiapan bahan
Tahapan
pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol. Cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan air panas. Sebaliknya bahan dibiarkan dalam temperature
ini selama 10 menit. Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan dalam keadaan sol
sampai waktunya di injeksikan ke dalam preparasi kevitas atau di isikan ke
sendok cetak (Anusavice, 2003).
Temperatur
yang terlalu rendah dapat menghasilkan bahan cetak dengan kekentalan yang lebih
tinggi dan tidak mampu memproduksi detail halus dengan tepat (Anusavice, 2003).
2)
Kondisioning atau
pendinginan
Suhu
penyimpanan 65 derajat terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh karena itu,
bahan perlu di dinginkan terlebih dahulu (tempered). Untuk tahap preparasi, sebuah
tub di keluarkan dari kompartemen penyimpanan dan dimasukkan ke sendok cetak,
sepotong kasa diletakkan di atas bahan yang terletak di sendok cetak, kemudian
di letakkkan lagi di kompartemen 45 derajat selama 3 – 10 menit (Anusavice,
2003).
Waktu yang
berbeda-beda tergantung pada jenis hidrokoloid dan keenceran yang di inginkan
oleh doktergigi. Sebagai tambahan, selain menurunkan temperatur pendinginan
juga dapat meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan tidak
mengalir keluar sendok cetak (Anusavice, 2003).
3)
Membuat cetakan
Sebelum
proses pendinginan bahan cetak terselesaikan,
bahan semprit diambil dari kompartemen penyimpanan dan di aplikasikan
pada kavitas yang direparasi. Mula-mula di aplikasikan pada dasar preparasi,
kemudian pada bagian lain yang belum tertutup. Ujung semprit di letakkan di
dekat gigi. Di bawah permukaan bahan semprit untuk mencegah gelembung udara
(Anusavice, 2003).
Begitu
kavitas yang akan dipreparasi telah tertutup bahan cetak, sendok cetak yang
telah sempurna didinginkan siap untuk untuk dimasukkan kedalam rongga mulut.
Proses gelasi dapat dipercepat dengan mengalirkan air dingin sekitar 18 derajat
sampai 21 derajat selama 3 – 5 menit (Anusavice , 2003).
Keuntungan:
1.
Memiliki keakuratan
dimensional
2.
Hidrofilik – hindari
kelembaban, darah, cairan
3.
Tidak mahal setelah
initial equipment
4.
Tidak memerlukan
costum tray
5.
Pleasant flavor
6.
Tidak memerlukan
mixing (Anusavice , 2003).
Kerugian:
1.
Biaya awal mahal
2.
Material harus
dipersiapkan dengan baik
3.
Mudah sobek
4.
Dimensi tidak stabil
-Harus segera dilakukan pengecoran
-Hanya dapat dilakukan untuk single cast
5.
Sulit dilakukan
desinfeksi (Anusavice , 2003).
2.
Hidrokoloid
irreversible
Bahan
cetak irreversible dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan ini disebut
irreversible, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya
setelah bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan pada saat bahan
cetak yang digunakan sebelumnya menjadi
langka, yakni pada waktu perang dunia kedua. Bahan ini memiliki kelebihan
dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang mudah, nyaman
bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan (Anusavice,2003).
Ø Alginat
Alginat
berasal dari tanaman laut yang mengandung alganic acid dengan co-polymer anhidro-β-d manuronic acid dan
anhidro- β-d-galuronic acid. Adapun
kegunaan alginat adalah (Anusavice,2003) :
a.
Umumnya tidak dipakai
untuk mencetak inlay, mahkota, dan jembatan karena tidak cukup akurat
b.
Baik untuk pekerjaan
prostetik dan ortodontik
Kestabilan dimensi alginat kurang
dibandingkan elastomer
A.
Sifat – sifat alginat
:
SIFAT
|
STANDAR
ANSI/ADA NO.18
|
ALGINAT
|
Working Time (mnt)
|
-
|
1.25 – 4.5
|
Setting Time (mnt)
|
1.0 – 5.0
|
1.25 - 4.5 (1.5-5.0)
|
Permanent Deformation (%)
|
< 5 %
|
1,8 %
|
Recovery from Deformation (%)
|
> 95 %
|
98,2 %
|
Fexilbility (%)
|
5% - 20 %
|
14 %
|
Compressive Strength (g/cm2)
|
> 3570
|
5.000 – 9.000
|
Tear Strength (g/cm)
|
-
|
380 – 700
|
Compatibility with
Gypsum
|
Reproduce 0.025 mm wide groove
|
-
|
Tabel. 1 Sifat-
sifat alginat (Craig, 2002)
B.
Komposisi alginat
Komposisi bahan cetak
alginate yaitu larutan garam asam alginik yang bereaksi dengan kalsium
menghasilkan gel kalsium alginate, garam kalsium alginate yang lambat larut
(trisodium phospat) melepas kalsium untuk bereaksi dengan alginate, bahan
pengisi untuk meningkatkan kohesi campuran memperkuat gel, siliko flourida atau
flourida untuk memperbaiki permukaan model stone, bahan pewangi agar bahan
lebih disenangi pasien, indicator kimia agar warna dapat berubah dengan
berubahnya pH (Novertasari, 2010).
§ Sodium alginat 18%
§ Sodium fosfat 2%
§ Potas sulfat 10%
§ Filler 56%
§ Sodium siliko fosfat 4%
§ Kalsium sulfat D 14% (Anusavice, 2003).
C.
Aplikasi
Bahan ini biasanya tidak dipergunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan jembatan, tetapi dipergunakan dengan hasil yang sangat baik untuk cetakan prostodonti dan ortodonti. Alginate kurang stabil dibandingkan dengan elastomer (Novertasari, 2010).
Bahan ini biasanya tidak dipergunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan jembatan, tetapi dipergunakan dengan hasil yang sangat baik untuk cetakan prostodonti dan ortodonti. Alginate kurang stabil dibandingkan dengan elastomer (Novertasari, 2010).
D.
Manipulasi
Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke
dalam air yang juga telah ditakar dan ditempatkan pada rubber bowl bersih.
Bubuk dan air disatukan dengan pengadukan secara hati-hati menggunakan spatula.
Perhatikan agar udara tidak terjebak dalam campuran. Pengadukan bahan alginat yang
tidak tepat dapat merusak kualitas hasil cetakan. Gerakan angka delapan dengan
cepat adalah yang terbaik, dengan adukan dihentakkan dan ditekan pada dinding
rubber bowl dengan putaran intermitten (180o) dari spatula untuk
mengeluarkan gelembung udara.semua bubuk haruslah tercampur,bila terdapat sisa
bubuk, gel yang baik tidak akan terbentuk dan sifat bahan menjadi kurang
sempurna (Novertasari, 2010).
Sebelum menempatkan cetakan dalam mulut, bahan
tersebut harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir keluar
sendok cetak dan membuat pasien tersedak. Campuran ditempatkan pada sendok
cetak yang sesuai, yang dimasukkan ke dalam mulut. Bahan cetak harus menempel
pada sendok cetak sehingga hasil cetakan dapat ditarik dari sekitar gigi. Oleh
karena itu, umumnya digunakan sendok cetak berlubang-lubang. Bila dipilih
sendok cetak plastik atau sendok cetak polos, suatu lapisan tipis perekat
sendok harus diaplikasikan dan dibiarkan kering dengan sempurna sebelum
pengadukan dan memasukkan alginat ke dalam sendok cetak (Novertasari, 2010).
Setelah bahan cetak mengeras dan
dikeluarkan dari mulut, Kemudian dilanjutkan pengisian cetakan dengan gips
untuk mendapatkan model. Bahan cetak alginate sangat dipengaruhi keadaan suhu,
kekeringan dan kelembaban di udara terbuka, jadi kemungkinan ada pengaruh waktu
pengisian cetakan alginate terhadap ketepatan model hasil cetakan (Novertasari,
2010).
E.
Macam
alginat :
a.
Quick
setting alginate: mengeras dalam waktu 1 menit, digunakan untuk mencetak rahang
anak ataupenderita yang mudah mual
b. Regular setting alginate: mengeras
dalam waktu 3 menit, digunakan untuk pemakain rutin (Muthia, dkk., 2011).
F.
Kelebihan
dan kekurangan alginat :
§ Kelebihan: manipulasi mudah, Nyaman bagi pasien, Relatif tidak mahal, karena tidak membutuhkan
banyak perlatan
§
Kekurangan: mudah rusah dalam suhu panas dan lembab,
Sering timbul porus pada permukaan
cetakan, Tidak dapat mencetak detail -detail halus dalamrongga mulut (Muthia, dkk., 2011).
2.2.2
Elastomer
Elastomer
adalah bahan cetak bersifat elastis yang apabila digunakan dandikeluarkan dari
rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan fleksibel (Anusavice, 2004).
Ø Polisulfida
Bahan cetak
Polisulfida terdiri dari 2 tube yaitu polisulfida
rubber base dan oxidizing agents. Polisulfida
rubber base adalah cairan yang ditambah dengan beberapa komponen filler sehingga membentuk pasta. Bahan accelerator dan retarder juga ditambah jika diperlukan untuk meninggikan atau
merendahkan setting time. Bahan polisulfida mempunyai working time dan setting time
yang panjang. Fungsi dan
penggunaannya adalah dalam (Anusavice, 2004).
A. Struktur dan komposisi polisulfida
Pasta basis
mengandung polimer polisulfid, bahan pengisi (lithopone, titanium dioksid,
bahan pembentuk sifat plastis (dibutil pthalat), dan sulfur sekitar 0,5 %
(Anusavice, 2004).
Pasta reaktori
mengandung timah dioksid, titanium okside, lithopone, dibutill pthalat, asam
oleik dan stearik (Anusavice, 2004).
B. Sifat polisulfida
a.
Elastisitas, Semakin
lama bahan cetak di dalam mulut sebelum dikeluarkan, semakin besar
ketepatannya. Distorsi dapat diminimalkan karena sifat elastik daribahan cetak
karet ini. Deformasi elastik setelah peregangan yang terjadi pada bahan
polisulfida lebih lambat pulih dibandingkan dengan 3 jenis bahan lainnya.
b.
Rheologi Polisulfida
adalah bahan cetak elastometrik yang paling sedikit kekakuannya. Kelenturan ini
memungkinkan ia dilepaskan dari daerah undercut mulut dengan tekanan minimal.
c.
Energi robek Polisulfida
mempunyai ketahanan tertinggi terhadap robekan, dan rentan distorsi. Cara
meminimalisirnya dengan cara cetakan harus segera direnggangkan dengan cepat
sesingkat mungkin.
d.
Kestabilan
dimensional. Bahan karet memiliki kestabilan dimensi lebih baik bila disimpan
di udara terbuka dibandingkan bahan cetak hidrokoloid. Namun terbukti bahwa
semua bahan mengalami perubahan, tapi polisumlfida lah yang mengalami perubahan
paling besar (Anusavice, 2004).
C. Indikasi Penggunaan Polisulfida
Karena sifat bahan cetak elastomer
bersifat lebih akurat dalam pencetakan nya, polisullfida sebagai bahan cetak
elastomer biasa digunakan untuk mencetak detail gigi inlay, mahkota, dan
mahkota jembatan (Anusavice, 2004).
Ø Silicon
1.
Bahan Cetak Silikon Kondensasi
Dikemas sebagai pasta basis dan
katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer silikon merupakan
suatu cairan,silikon koloidal / logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebagai
pengisi untuk membetuk suatu pasta. Pengaruh pengisi terhadap kekuatan adalah
hal yang lebih penting untuk suatu elastomer silikon dibanding cetakan yang
lainnya. Bhan denagn kekentalan tinggi(putty, seperti dempulan) dikembangkan
untuk mengatur pengerutan polimerisasai yang besar dari bahan cetak silikon
kondensasi (Richart, 2002).
A. Manipulasi
Panjang basis yang sesuai dikeluarkan dari dalam
tubepada lembar pengaduk. Lalu satu tetes cairan katalis ditambahkan untuk
tiapa unit panjang basis. Bhan ini agak sulit diaduk karena perbedaan-
perbedaan komponen (Richart, 2002).
B. Elastisitas
Lebih
ideal daripada polisulfid. Menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat
kembali ke bebtuk semula dengan cepat bila direnggangkan. Bila terlalu kaku (Richart, 2002).
C. Biokompatibilitas
Silkon dapat diterima secara biologis sehingga tidak
menyebabkan masalah (Richart, 2002).
D. Keuntungan
a) Tersedia waktu kerja dan waktu
pengerasan yang cukup
b) Aroma menyenangkan dan tidak
menimbulkan bercak
c) Memiliki ketahan robek yang cukup
d) Memiliki sifat elastik yang
dikeluarkan
e) Distorsi lebih sedikit ketika dikeluarkan
(Anusavice,
2003).
E. Kerugian
a) Cukup akurat jika langsung dituang
b) Kestabilan dimensi buruk
c) Berpotensi pada distorsi yag nyata
d) Metode puttywash merupakan teknik
yang sensitif
e) Sedikit lebih mahal (Anusavice, 2003).
2.
Bahan Cetak Silikon dengan Reaksi Tambahan
A. Manipulasi
Vinyl polysiloxane encer dan agak kental dikenas
dalam dua pasta, bahan putty dikemas dalam dua toples yang terdiri dari bahan
basis denagn kekentalan tinggi dam bahan katalis. Bahan heavy, body dan putty
telah dimodifikasi untuk menggunakan alat pengaduk otomatis, dengan menggunakan
alat mekanis tersebut, terdapat keseragaman dalam membagi danmengaduk bahan,
semakin kecil kemungkiana masuknya udara ke dalam adukan, waktu pengadukan menjadi
lebih singkat, kontaminasi bahan lebih sedikit. Bahan cetak yang telah diaduk
dimasukkan langsung ke dalam sendok cetak yang dilapisi adhesi. Waktu kerja dan
pengerasan, dapat diperpanjang 100% dengan penambahan retarder yang dipasok oleh masing- masing pabrik dan dengan
pendinginan alas pengaduk. Silikan dapat disimpan di lemari es (Anusavice, 2003).
B. Elastisitas
Merupakan bahan bersifat elastis paling ideal.
Distorsi ketiak mengeluarkan melalui underkut umumnya tidak terjadi (Anusavice, 2003).
C. Biokompatibilatas
Bahaya
tertinggalnya sebagian bahan sirna mengeluarkan cetakan dapat dihindari dengan
penanganan bahan yang tepat dan pemeriksaan tepi cetakan secara cermat untuk
tidak ada daerah yang sobek. Benda asing dari bahan cetak dapat menyebabkan
inflamasi gingiva yang parah dan mungkin salah diagnosis pada kunjungan
berikutnya (Anusavice, 2003).
D. Keuntungan
a) Waktu pengerasan lebih pendek
b) Mudah diaduk alat otomatis
c) Kekuatan robek sedang
d) Keakuratan amat tinggi
e) Distorsi tidak terdeteksi ketika
dibuka
f) Bila hidrofilik, amat sesuai
dengan gypsum (Anusavice, 2003).
E. Kerugian
a) Terbentuknya gas hidrogen pada
beberapa bahan
b) Bahan hidrofilik tetap memerlukan
penanganan hati-hati dan lingkungan amat kering
c) Lebih mahal, khususnya alat
pengaduk otomatis (Anusavice, 2003).
Ø Polyeter
A. Komposisi
Karet
polieter dipasok berupa dua pasta (Ferracane, 2001).
B. Basis
Polimer
polieter, suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik
seperti glikoeter/ ftalat (Ferracane, 2001).
C. Pasta Akselerator
Alkil sulfonat
aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi, waktu kerja dan pengerasan,
kecepatan pengerasan polieter kurang sensitif terhadap perubahan temperatur (Ferracane, 2001).
D. Elastisitas
Bahan yang paling keras tidak termasuk bahan puty
viskositas tinggi kurang elastik dibanding vinyl polysixane (Ferracane, 2001).
E. Biokompatibilitas
Dermatitis
kontak akibat polieter. Namun penelitian akhir- akhir ini menunjukkan tidak ada
efek sitoksik yang berhubungan dengan katalis imin yang terjadi berasal dari
bagian bahan cetak yang tertinggal di dalam sulkus (Ferracane, 2001).
F. Keuntungan
a) Waktu kerja dan pengerasan cepat
b) Terbukti akurat
c) Ketahanan sobek cukup
d) Kurang hidrofobik
e) Distorsi kurang
f) Waktu penyimpanan lama (Anusavice, 2003).
G. Kerugian
a) Cukup akurat jika dituangkan
langsung
b) Kestabilan dimensi buruk
c) Bersih, tetapi rasa tidak enak
d) Keras, sehingga meliputi permukaan
undecut
e) Sedikit lebih mahal
f)
Dapat diisi ulang (Anusavice, 2003).
2.3 Material Cetak
Non-Elastik
2.3.1 Refersible
Ø Malam Kedokteran Gigi (Dental Wax)
Wax atau malam adalah suatu campuran dari
beberapa macam bahan organik dengan berat molekul dan kekuatan rendah serta
mempunyai sifat thermoplastik. Pertama kali digunakan di bidang KG sekitar abad
18 untuk pencatatan cetakan rahang tak
bergigi. Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi berasal
dari tiga sumber utama, yaitu:
1. Mineral, seperti
malam paraffin
2. Serangga, seperti
malam beeswax
3. Tumbuhan, seperti
malam ceresin dan carnauba (Juliatri, 2011).
Wax merupakan
salah satu bahan termoplastik yang terdiri dari berbagai bahan organis dan
bahan alami sehingga membuatnya sebagai bahan dengan sifat-sifat yang sangat
berguna. Pembuatan berbagai alat gigi sering membutuhkan bahan malam yang
mempunyai sifat-sifat fisis yang lain untuk berbagai tujuan tertentu. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan
sintetis (Juliatri,
2011).
Konstitusi dasar
malam yang biasa dipergunakan di kedokteran gigi berasal dari 3 sumber utama yaitu mineral, serangga dan tumbuhan.
Selain itu malam tersebut juga mempunyai struktur dan sifat-sifat yang tidak
sama satu sama lain dan tidak semua bahan malam dapat dikontrol (Juliatri, 2011).
Sifat fisis
malam yang terpenting adalah titik cairnya. Walaupun ini mungkin penting dalam
industri tapi ini tidak penting dalam kedokteran gigi, karena biasanya di
kedokteran gigi malam tersebut dicampur dengan berbagai macam malam lainnya.
Malam juga harus mudah untuk dimanipulasi (Juliatri, 2011).
A.
Unsur-unsur pokok
dental wax terdiri dari 3 sumber utama, yaitu :
1)
Mineral
2)
serangga (hewani)
3)
sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan)
(Juliatri,
2011).
1.
Wax yang berasal dari
bahan mineral diperoleh dari hasil residu petroleum
melalui proses destilasi. Malam yang
berasal dari bahan mineral diantaranya adalah:
a)
Paraffin Wax
Mencair
pada suhu 48-70°C dan memiliki rantai hidrokarbon yang lurus serta memiliki
sifat mudah pecah. Strukturnya rantai lurus polykristal-hydrocarbon. Diperoleh
sewaktu penyulingan minyak mentah.
b)
Microcrystallin Wax
Microcrystallin
wax strukturnya tidak serapuh paraffin wax karena mengandung minyak. Bersifat
rantai pilikristal hydrocarbon yang bercabang. Diperoleh pada waktu penyulingan
minyak mentah, mencair pada suhu 65-90°C dan memiliki rantai hidrokarbon yang
bercabang memiliki sifat yang lebih fleksibel dan kuat (Juliatri, 2011).
2.
Wax yang berasal dari
serangga (hewani)
Adalah
beeswax yang dibuat dari sarang lebah, Beeswax strukturnya mengandung lebih
sedikit kristalline dan lebih banyak bahan amorf. Sifatnya bila dicampur dengan
paraffin wax, menjadi tidak begitu rapuh pada suhu kamar dan pada suhu yang
lebih tinggi (misal : suhu mulut) mengurangi flow dari malam dan mencair pada
suhu 84-91°C serta memiliki sifat yang mudah pecah pada temperatur kamar,
tetapi mudah dibentuk pada temperatur tubuh (Juliatri, 2011).
3. Wax yang berasal dari sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan)
adalah:
a) Carnauba wax, bersifat keras dan kuat.
Dicampur dengan paraffin wax untuk memperkerasnya dan meningkatkan suhu
transisi padat-padat. Dibuat dari pohon palm dari Amerika selatan dan mencair
pada suhu 84-91°C
b)
Candelilla wax, dibuat
dari tanaman candelila, sifatnya serupa dengan carnauba wax namun mencair pada
suhu 68-75°C dan digunakan terutama
untuk memperkeras paraffin wax dengan jalan menambahkannya ke dalam
parrafin wax.
c)
Resin atau gum,
terbuat dari pohon. Digunakan untuk menambah daya rekat wax (Harty, 1995).
B.
Fungsi utama dental
wax
Untuk
mendapatkan suatu pattern. Pembuatan pattern tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses manipulasi wax. Karena hasil akhir
dari restorasi sangat bergantung pada patternyang
telahkita dapatkan (Juliatri,
2011).
C.
Syarat
Selain itu, malam yang dipergunakan di dunia
Kedokteran Gigi harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaannya
dalam rongga mulut, sebagai berikut :
1)
Stabil pada suhu mulut
2)
Dapat mengisi rongga
cetak
3)
Non iritan dan non
toxic
4)
Tidak meninggalkan
residu
5)
Tidak berubah sifat
fisis jika dipanaskan
6)
Mudah dibentuk dalam
temperatur tertentu
7)
Setelah dingin dapat mempertahankan
bentuknya
8)
Dalam keadaan lunak
dapat beradaptasi dengan permukaan lain
9)
Dalam keadaan keras
dapat diukir
10)
Melting range cukup lama
11)
Dapat dicairkan dan
dipadatkan berkali-kali (Juliatri, 2011).
1.
Jenis Malam
Inlay
Prosedur
pertama dalam pengecoran inlay mahkota untuk proses lost-wax adalah membuat model malam. Dilakukan preparasi kavitas
pada gigi dan kemudian model malam diukir, baik langsung pada gigi maupun pada die yang merupakan reproduksi gigi dan
kavitas. (Juliatri,
2011).
a)
Teknik pencetakan
malam ada 2 macam:
·
Teknik Langsung: jika
model malam langsung dibuat pada gigi
·
Teknik tidak Langsung:
jika model malam dibuat pada die (Juliatri, 2011).
The American National Standards Institute/ American Dental
Association (ADA) Specification
No. 4 untuk malam Inlay Gigi Cor mencakup kedua jenis malam inlay:
·
Tipe I adalah malam
medium yang digunakan pada teknik langsung
·
Tipe II adalah malam
lunak yang digunakan pada teknik tidak langsung (Juliatri, 2011).
b)
Komposisi
Bahan pengisi dari
malam inlay yang baik adalah (Juliatri, 2011) :
-
Malam parafin: pada umumnya merupakan bahan utama biasanya
dalam konsentrasi 40%-60% berat. Parafin didapat dari petroleum yang mengalami
pemanasan tinggi. Terdiri terutama dari campuran kompleks hidrokarbon seri
metan, dengan sejumlah kecil fase amorf atau
mikrokristalin. Malam dapat diperoleh dalam kisaran cair atau lunak yang lebar,
tergantung pada berat molekul dan distribusi bahan pengisinya.
Malam parafin digunakan untuk malam tipe I yang mempunyai
titik cair yang lebih tinggi daripada parafin yang digunakan untuk malam tipe
II.
Parafin cenderung mengelupas jika dirapikan dan tidak
mempunyai permukaan yang halus, mengkilap, yang diperlukan untuk malam inlay.
-
Getah karet (Getah resin):
adalah resin alami. Bahan ini ditambahkan pada parafin untuk memperbaiki
kehalusan pada saat molding dan membuatnya lebih tahan terhadap retak dan
pengelupasan, juga menaikan kekuatan malam dan kehalusan serta kilap permukaan.
-
Malam lebah
-
Bahan pewarna
-
Malam carnauba: terdapat
dalam bentuk bubuk halus pada daun-daun palem tertentu yang tumbuh di daerah
tropis. Malam ini cukup keras dan mempunyai titik cair yang relatif tinngi.
Mala ini dikombinasi dengan parafin untuk mengurangi aliran pada temperatur
mulut. Malam carnauba mempunyai bau yang dapat ditolerir dan juga menambah
kekilapan permukaan malam lebih daripada getah resin.
-
Malam lilin: ditambahkan
untuk menggantikan sebagian atau seluruh malam carnauba. Malam lilin memberi
kualitas yang secara umum sama dengan malam carnauba
Pada malam
sintetik lebih disukai daripada malam alami karena mempunyai keseragaman yang
lebih besar, karena titik cair malam sintetik lebih tinggi, maka lebih banyak
parafin yang ditambahkan dan kualitas kerjanya secara umum meningkat (Juliatri,
2011)
c)
Sifat
Sifat yang diinginkan pada malam inlay
adalah :
·
Jika lunak, malam
harus merata.
Dengan kata lain, baha-bahan dasarnya harus tercampur dengan
baik satu sama lain, sehingga tidak ada butiran atau titik-titik yang keras
ketika malam dilunakan.
·
Warnanya harus
sedemikian rupa sehinnga kontras dengan bahan die atau gigi yang dipreparasi.
Tepi malam harus diukir dekat dengan die, karena itu kontrasyang nyata dalam hal warna akan memungkinkan
dilakukannya perapian yang baik dari bagian tepi.
·
Tidak boleh terkelupas
atau terjadi kekerasan permukaan yang serupa ketika malam dibengkokkan dan
dibentuk sesudah dilunakan.
Pengelupasan cenderung terjadi pada malam parafin, dan
merupakan salah satu alasan mengapa ditambahkan modifier.
·
Sesudah model malam
memadat, perlu dilakukan pengukiran anatomi gigi asli pada malam, dan mengukir
malam pada bagian tepinya sehingga model malam duduk tepat pada permukaaan die.
Prosedur terahkir ini kadang mengharuskan malam diukir
sedemikain rupa sehingga membentuk lapisan yang sangat tipis. Jika malam
tertarik karena instrumen pengukir atau gumpil sewaktu diukir, maka ketepatan
tidak dapat diperoleh.
·
Sesudah mold dibuat, malam dibersihkan dari mold.
Penghilangan malam tersebut biasanya dilakukan dengan
memanaskan mold sehingga malam
hilang. Jika sesudah pembakaran tersebut, malam meninggalkan residu yang
menghasilkan lapisan yang tidak tembus air pada didnding mold, inlay hasil pengecoran dapat terpengaruh secara negatif.
Karena itu malam harus dibakar habis, membentuk karbon, yang nantinya
dihilangkan melalui oksidasi menjadi gas yang menguap. Spesifikasi ADA No.4
mengharuskan agar malam yang mencair jika menguap pada 500° C (932° F) tidak
meninggalkan residu padat lebih dari 0,10% dari berat aslinya.
·
Idealnya, model malam
harus kaku dan mempunyai kestabilan dimensi yang baik sepanjang waktu sampai
nantinya dihilangkan.
Model malam terpajan aliran
kecuali bila ditangani dengan hati-hati. Juga terpajan relaksasi, suatu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalm manipulasi (Juliatri, 2011).
Selain yang diatas sifat utama
malam inlay terdiri atas :
1.
Aliran
-
Sifat yang
menguntungkan dari malam inlay Tipe I adalah malam ini menunjukan plastisitas
atau aliran yang nyata pada temperatur sedikit diatas temperatur mulut.
-
Malam mulai mengeras pada
temperatur 56° C (133° F),dan memadat dibawah 40° C (104° F), dan mendingin
kembali dengan kecepatan yang konstan.
-
Malam inlay tidak
memadat dengan kisi-kisi geometri, seperti halnya logam. Alih-alih strukurnya
lebih mirip kombinasi antara bahan kristal dan amorf, menunjukkan susunan molekul yang terbatas.
-
Malam kurang kaku dan
dapat mengalir bila terkena tekanan pada temperatur kamar.
-
Baik malam Tipe I
maupun malam Tipe II herus mempunyai aliran minimal 70% pada 45° C (113° F) dan
aliran maksimal 90% pada temperatur yang sama.
2.
Sifat Termal
-
Seperti yang sudah
diketahui, malam ini dilunakkan dengan panas, didorong masuk ke kavitas yang sudah
dipreparasi baik pada gig atau die
dan didinginkan.
-
Konduktivitas panas
dari malam umumnya lambat dan diperlukan waktu baik untuk memanaskannya secara
merata maupun mendinginkannya ke temperatur tubuh atau kamar.
-
Memiliki koefisien
ekspansi termal yang tinggi. Sifat fisik ini menunjukan malam inlay berekspansi
dan berkontraksi secara termal lebih besar untuk setiap derajat perubahan
temperatur dibandingkan bahan gigi lainnya. Sifat ini adalah salh astu
kekurangan dari malam, jika digunakan dengan teknik langsung. Sifat ini kurang
bermakna bila malam digunakan dengan teknik tidak langsung karena model malam
tidak terkena perubahan dari temperatur mulut ke temperatur kamar.
-
Jika malam dibiarkan
menjadi dingin tanpa diberi tekanan, temperatur transisi tidak begitu nyata
jika malam dipanaskan kembali, demikian juga perubahan koefisien linier dari
ekspensi termal tidak begitu besar.
3.
Manipulasi Malam Inlay
-
Dalam proses
manipulasi malam inlay, pemanasan kering umumnya lebih disukai daripada
penggunaan bak air. Pemakaian sarana yang terahkir ini dapat menyebabkan
terbentuknya tetesan air yang memercik sewaktu dipanaskan di atas api, melumuri
permukaan malam selam pemolesan, dan menimbulkan distorsi model malam selama
terjadinya perubahan panas.
-
Jika batang malam
dilunakan di atas nyala api, sebaiknya hal ini dilakukan dengan hati-hati agar
malam tidak menjadi terlalu panas. Malam harus diputar-putar sampai menjadi
mengkilap dan kemudian dijauhkan dari nyala api. Proses ini diulangi sampai
malam menjadi hangat seluruhnya. Kemudian dibentuk ke dalam kavitas preparasi.
Malam Tipe I mempunyai plastisitas yang memadai pada kisaran temperatur yang
aman bagi pulpa. Tekanan harus diaplikasikan dengan jari atau dengan meminta
pasien menggigit pada malam. Malam menjadi dingin secara berangsur-angsur pada
temperatur mulut, tidak perlu direndam dalam air dingin.
-
Pelepasan model malam
harus dilakukan dengan hati-hati. Model malam sebaiknya dicantol dengan ujung
eksplorer dan diputar ke luar dari kavitas. Model malam mesial-oklusa-distal (MOD) sebaiknya dilepas dengan menempelkan
kawat staples tersebut dan ditarik pada arah sejajar dengan dinding aksial, dan
dengan distorsi minimal. Sesudah dilepas, model jangan disentuh dengan tangan
sebisa mungkin untuk mencegah terjadinya perubahan temperatur (Powers and
Roland, 2006).
D.
Distorsi Malam
Distorsi
merupakan masalah yang paling serius yang dapat terjadi sewaktu membentuk dan
melepas model malam dari mulut atau die.
Keadaan ini terjadi karena perubahan panas dan dilepaskannya stres yang timbul
sewaktu terjadinya kontraksi saat pendinginan; udara yang terjebak; perubahan
bentuk selama molding, pengukiran, pelepasan; waktu serta temperatur selama
penyimpanan (Juliatri,
2011).
Malam
seperti bahan temorplastis lainya, cenderung kembali ke bentuk semula sesudah
dimanipulasi. Keadaan ini umum disebut sebagai memori elastik. Batang malam inlay dapat dilunakan dengan api
bunsen, dibengkokan menjadi bentuk tapal kuda, dan didinginkan pada posisi ini.
Jika malam dibiarkan mengambang dalam air bertemperatur kamar selama beberapa
jam, bentuk tapal kuda tersebut akan terbuka. Pada malam inlay hal ini lebih
penting dibanding pada bahan cetak lain, karena restorasi logam yang dihasilkan
harus masuk tepat pada jaringan keras yang tidak dapat meregang (Juliatri, 2011).
Hasil
pengecoran akan masuk tepat jika model malam ditanam segera sesudah dilepas
dari preparasi (Juliatri,
2011).
Ø Kompoun
Kompoun, juga disebut modeling
plastic, dilunakkan dengan pemanasan, dimasukkan dalam sendok cetak, serta ditekan pada jaringan sebelum bahan
mengeras. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk mencetak lingir tanpa gigi.
Kadang-kadang kompoun digunakan dalam kedokteran
gigi operatif untuk mencetak preparasi gigi tunggal atau untuk membuat
stabil pita matriks atau alat operatif lainnya. Untuk mencetak gigi tunggal,
pita tembaga silindris (disebut pita
matriks) diisi dengan bahan kompoun yang sudah dilunakkan. Pita yang terisi kemudian ditekan di atas gigi/
menekan kompoun beradaptasi dengan preparasi
gigi. Cetakan seperti itu kadang disebut cetakan tube. Setelah kompoun
didinginkan, cetakan dilepas, dan hasil cor, atau die, dibuat
dari cetakan tersebut. (Anusavice, 2003).
Kompoun yang agak lebih kental,
disebut kompoun sendok cetak, dapat digunakan untuk membentuk sendok cetak dalam pembuatan
gigi tiruan. Suatu cetakan jaringan lunak diperoleh dari kompoun sendok cetak seperti yang
digambarkan. Cetakan ini disebut cetakan primer. Kemudian digunakan sebagai sendok
cetak untuk menahan lapisan tipis bahan cetak kedua, yang akan ditempatkan langsung menghadap
jaringan. Cetakan ini disebut sebagai cetakan sekunder. Cetakan sekunder dapat juga dibuat dari pasta oksida seng
eugenol, hidrokoloid,
atau elastomer tanpa air (Anusavice,
2003).
Aplikasi umum lain dari bahan kompoun
adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari akrilik
selama mencoba sendok cetak. Gambar 8-1 menunjukkan 2 bentuk dasar kompoun cetak, bentuk kue dan
stik (batang) (Anusavice, 2003).
A. Komposisi
Umumnya,
kompoun terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi, dan
bahan pewarna. Satu dari substansi pertama yang dipergunakan untuk bahan cetak adalah malam lebah (beeswax). Karena
malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac, asam stearik, dan guta perca ditambahkan untuk meningkatkan
plastisitas dan kemampuan kerja. Bila substansi-substansi tersebut
digunakan dengan cara ini, substansi dianggap
sebagai bahan pembuat plastis (plasticizers). Resin sintetik meningkat
penggunaannya, biasanya dikaitkan
dengan resin alami (Anusavice,
2003).
Gambar 1. 'Gambar umum kompoun cetak jenis stik dan kue yang diperdagangkan (Anusavice,
2003).
B. Bahan Pengisi
Banyak bahan diperkuat atau sebaliknya, diubah sifat
fisiknya dengan penambahan partikel kecil
bahan lembam, biasa dikenal sebagai bahan pengisi, yang secara kimia berbeda dengan kandungan utama atau kandungan
lainnya (Anusavice, 2003).
Malam atau resin dalam kompoun cetak
adalah kandungan utama dan membentuk matriks. Struktur ini terlalu cair untuk ditangani dan memberikan kekuatan yang
rendah meskipun pada temperatur ruangan.
Karena itu, bahan pengisi harus ditambahkan. Bahan pengisi meningkatkan viskositas pada temperatur di atas temperatur mulut
danj meningkatkan kekerasan kompoun
pada temperatur ruang (Anusavice,
2003).
C.
Struktur
Struktur kompoun cetak agak seperti suatu komposit. Konsep
komposit digunakan secara luas dalam produksi bahan kedokteran gigi (Anusavice, 2003).
D. Sifat
Sifat
Termal. Pelunakan dengan panas adalah suatu persyaratan dalam penggunaan kompoun. Kegunaannya ditentukan oleh respons terhadap
perubahan temperatur dalam lingkungan sekitarnya (Anusavice, 2003).
Temperatur Fusi. Kemaknaan praktis temperatur fusi adalah
bahwa temperatur tersebut menunjukkan suatu
penurunan nyata dalam keplastisan bahan selama pendinginan. Di| atas
temperatur ini bahan yang dilunakkan tetap bersifat plastis sementara cetakan
dibuat Jadi, setiap detail jaringan mulut
lebih mudah diperoleh. Begitu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut, sendok cetak harus ditahan secara
kuat pada posisinya sampai cetakan mendingin di bawah temperatur fusi.
Pada keadaan apapun, cetakan tidak boleh diganggu atau dikeluarkan sampai bahan tersebut mencapai temperatur mulut (Anusavice, 2003).
E. Konduktivitas dan Kontraksi Termal
Seperti
diperkirakan, konduktivitas termal dari bahan ini adalah rendah, menunjukkan
perlunya waktu tambahan untuk memperoleh pendinginan dan pemanasan
yang sempurna dari bahan kompoun. Adalah penting bahwa bahan lunak merata pada saat sendok cetak dimasukkan dan dingin
menyeluruh dalam sendok cetak sebelum cetakan dikeluarkan dari mulut. Biasanya
air dingin dapat disemprotkan pada sendok
cetak ketika di dalam mulut, sampai kompoun mengeras merata sebelum dikeluarkan. Kegagalan memperoleh bahan
yang.mengeras sempurna sebelum dikeluarkan, dapat menghasilkan distorsi besar pada cetakan (Anusavice, 2003).
Rata-rata kontraksi linier kompoun cetak pada
pendinginan dari temperatur mulut sampai temperatur ruang 25° C bervariasi antara 0,3% dan 0,4%
Kesalahan yang disebabkan dari besarnya kontraksi ini tidak dapat dihindari, dan merupakan kesatuan dari
teknik (Anusavice, 2003).
Pelunakan
Kompoun Cetak. Kompoun dapat dilunakkan dalam oven atau di atas api. Biia api langsung
digunakan, kompoun tidak boleh dibiarkan mendidih atau terbakar sehingga kandungan di dalamnya menguap (Anusavice,
2003).
Bila sejumlah besar kompoun, seperti yang dibutuhkan
untuk mencetak seluruh rahang, hendak dilunakkan, disarankan melakukan perendaman dalam air. Perendaman
terlalul lama atau
terlalu panas dalam rendaman air tidaklah diindikasikan; kompoun dapat menjadi rapuh dan berbutir bila beberapa
kandungan berberat molekul rendah terlepas dari bahan (Anusavice, 2003).
Pelunakan kompoun adalah satu-satunya cara mengeluarkan model
dari kompoun cetak setelah stone mengeras. Metode yang dianjurkan adalah
merendam bahan cetak dalam air hangat sampai kompoun cukup lunak
sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari model (Anusavice, 2003).
F.
Aliran
Setelah kompoun melunak, dan selama
periode dicetakkan ke jaringan mulut, bahan harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikaan dengan jaringan sehingga
setiap detail dan tanda-tanda dalam mulut terpindahkan secara
akurat. Dilain pihak, bila jumlah aliran pada temperatur mulut terlalu besar,
distorsi dapat terjadi ketika cetakan dikeluarkan dari mulut (McCabe, dkk., 1988).
G. Distorsi
Relaksasi dapat terjadi
baik selama waktu yang boleh dikatakan amat singkat atau dengan peningkatan temperatur. Hasilnya adalah kerusakan atau
distorsi cetakan. Untuk meminimalkan distorsi
prosedur paling aman adalah melakukan pendinginan bahan cetak dengan seksama sebelum dikeluarkan dari mulut dan
membuat hasil cor atau die secepat mungkin
setelah cetakan diperoleh, sedikitnya dalam waktu satu jam (McCabe, dkk., 1988).
2.3.2
Irreversible
Ø Gypsum
Mineral Gipsum merupakan salah satu
mineral alam dan juga dapat dihasilkan oleh proses industri kimia. Dalam bidang
kedokteran gigi gipsum digunakan untuk keperluan laboratorium dental, misal dalam pembuatan cast dan die (Sugiarto,
2009).
Gipsum adalah
mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses
kimia. Secara kimiawi, gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi
adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4 .
2H2O) murni (Bunga, Dkk., 2010).
A.
Fungsi Gipsum
1)
Untuk membuat model
studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial
2)
Sebagai piranti untuk
pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa
3)
restorasi kedokteran
gigi dibuat
4)
Bila plaster diaduk
dengan silica, dikenal sebagai bahan tanam gigi. Bahan tanam tersebut dibuat
untuk membuat mold guna mengecor restorasi gigi dengan logam yang dicairkan.
5)
Untuk membuat model
studi, model analisa, model diagnose, model anatomis, biasanya model-model
tersebut digunakan gypsum tipe Plaster/β-Hemihidrat. Sedangkan untuk membuat
model kerja dan die biasanya digunakan gypsum tipe α-Hemihidrat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi gips
adalah untuk membuat suatu model dan die, mounting, bahan tanam, packing
akrilik, bahan cetak (Bunga, Dkk., 2010).
B.
Komposisi
Calcium sulfate hemihydrat merupakan konstitusi utama dari gypsum yang
digunakan di kedokteran gigi
1)
Refactory, merupakan
material yang tahan temperatur tinggi tanpa dekomposi, contoh : silica.
2)
Binder, merupakan
material yang akan mengikat dengan substansi refactory
contoh: gypsum, fosfat,
silikat. Binder yang umum digunakan adalah kalsium sulfathemihidrat
(untuk campuran emas), natrium silikat, etil silikat, amonium sulfat, natrium
fosfat.
3)
Bahan kimia lain.
Bahan kimia lain yang juga terdapat pada gypsum antara lain: sodium klorida,
boric acid, potassium sulfat (Noviani, Dkk. 2011).
C.
Sifat
1.
Kekuatan kompresi
(paling umum digunakan untuk mengukur kekuatan gips) yang baik. Besarnya Kekuatan kompresi dari beberapa produk gipsum
berkisar (12 Mpa - 38 MPa).
2.
Kekuatan tarik,
tergantung pada penggunaan. Bila digunakan untuk membuat piranti restorasi maka
dibutuhkan kekuatan tarik yang lebih besar diubanding bila digunakan untuk
model studi.
3.
Kekerasan dan
ketahanan abrasi. Kekerasan dan ketahanan abrasi permukaan gipsum harus baik.
4.
Produksi detail
permukaan. Dapat memberikan detail
permukaan yang tajam (Anusavice, 2004).
D.
Struktur
Gypsum
sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis gypsum dental secara umum sebelum
diklasifikasikan yaitu : Plaster dan stone gigi. Struktur kimia gips Gips
adalah kalsium sulfat dihidrat, CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar
airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat
hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat
dibentuk. (Richard dkk, 2002)
Kandungan
utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O
atau CaSO4. ½ H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk hemihidrat yang
berbeda dapat diperoleh. Bentuk ini disebut α-hemihidrat dan β-hemihidrat.
Adanya penulisan α-hemihidrat dan β-hemihidratini menurut kandungan mineral
yang ada didalamnya (Bunga, dkk., 2010).
Perbedaaan
dari α-hemihidrat dan β-hemihidrat adalah perbedaan hasil dalam ukuran kristal,
daerah permukaan, dan derajat kesempurnaan kisi-kisi. Sebenarnya, bentuk β
merupakan agregasi fibrus dari kristal halus dengan pori kapiler, sementara
bentuk α terdiri dari fragmen dan kristal
yang mengelupas dalam bentuk tongkat atau prisma dan lebih sedikit air
yang digunakan dibanding β (Anusavice,
2004).
E.
Indikasi Penggunaan
Indikasi
penggunaan gipsum disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pemakaiannya seperti:
plaster of paris digunakan untuk cetakan akhir dalam pembuatan Gigi tiruan
penuh, gips putih (plaster tipe II) untuk mengisi kuvet dalam packing, stone tipe III untuk pembuatan
model yang digunakan pada rekontruksi protesa, stone tipe IV juga untuk
pembuatan model gigi, stone tipe V untuk pembuatan model gigi untuk protesa
logam, dan gipsum bonded-investment untuk bahan tanam (Anusavice, 2004).
Ø Zinc Oxide Eugenol
Semen zinc oxide
eugenol adalah suatu semen tipe sedatip yang lembut. Biasanyadisediakan dalam
bentuk powder dan liquid seperti halnya semen zinc fosfat. Bahan Inibiasanya
dapat digunakan sebagai bahan balutan sementara. Bahan ini juga dapat
bergunasebagai bahan insulatif (Brannstrom, 1976).
A.
Komposisi
Biasanya ZnOE
disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, meskipun komponennya mungkin saja
dicampurkan dalam benuk pasta oleh pabrik agar mudah digunakan. Powder dari
semen ZnOE yang paling baik dibenuk melalui proses penguraian dari zinc
hydroxide,zinc carbonate dan beberapa garam/ senyawa zinc dengan proses
pemanasan kira-kira 300o C (570o F) (Brannstrom, 1976).
Powdernya
dicampurkan dengan inert oil atau minyak biji kapas untuk membuatnya
menjadi pasta dengan cara menggabungkannya dengan bahan pengisiinert,seperti
diatomeus earth atau talc (Brannstrom, 1976).
Menurut Combe EC,komposisi dari semen ZnOE
terdiri dari:
a)
Serbuk,berupa:
1)
Zinc oxide
2)
Magnesium oxide dijumpai dalam jumlah kecil, bahan ini
bereaksi dengan eugenol dengan cara yang sama seperi zinc
oxide.
3)
Zinc acetate (garam lainnya) dalam jumlah sampai
dengan 1% digunakansebagai akselerator
unuk setting reaksi.
b)
Liquid
1)
Eugenol, merupakan konstitusi utama minyak cengkeh.
2)
Olive oil,sampai 15%.
3)
Kadang-kadang asam asetat yang bertindak sebagai
akselerator.
B.
Manipulasi
Zinc
oxside tersedia dalam bentuk pasta. Ini diperoleh dengan menambah suatu minyak
(misalnya olive oil, light mineral oil, atau linseed oil). Minyak ini juga
bertindak sebagai plastisizer di
dalam bahan. Juga da[at disertakan hydrogenated
rosin untuk mepercepat setting dan menjadikan pasta lebih kohesif. Eugenol
mengandung tale atau kaolin sebagai bahan pengisi membuatnya berbentuk pasta
(Combe, 1986).
Salah
satu atau kedua pasta dapat mengandung accelerator,
seperti zinc setat. Setidak – tidaknya ada
satu jenis pasta yang mengandung asam karboksilat sebagai bahan pengganti
untuk eugenol. Bahan ini dapat bereaksi dengan zinc hidroksida yang kemungkinan
terbentuk oleh karena hidrolisa zinc oksida) (Combe, 1986).
Kedua
pasta tersedia dalam warna yang berbeda. Pasta dengan perbandingan yang benar
(biasanya sama panjang) dicampur pada slap / mixing pad dengan spatel flexible
sampai diperoleh warna yang homogen (Combe, 1986).
C.
Sifat
Sifat
fisik seperti pada semen lain, rasio bubuk: cairan dari semen OSE akan
mempengaruhi kecepatan pengerasannya. Pendinginan alas duduk akan memperlambat
waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik pengembunan. Di bawah
titik embun ini kondensat akan bergabung dengan adukan dan reaksi pengerasan
akan dipercepat.
Sifat-sifat (Harty, 1995):
a.
Bahan ini cukup encer
untuk dapat mencatat detail halus dalam mulut.
b.
Tidak terdapat
perubahan dimensional selama proses setting, atau kalaupun ada hanya sedikit.
c.
Bahan ini tidak
elastik sehingga tidak bisa mencatat daerah undercut.
d.
Bahan yang telah set
kelihatannya cukup stabil dalam penyimpanan di laboratorium.
e.
Bahan ini dapat
compatible dengan model dental stone.
Pasta
dapat dikeluarkan dari stone dengan cara melunakkannya dengan suhu 60o C.
f.
Tidak toksik, tetapi
pasta yang mengandung eugenol dapat mengiritasi, memberi rasa gatal, atau
rasa seperti terbakar dan rasanya tetap lengket sehingga banyak pasien menganggapnya
tidak menyenangkan.
g.
Waktu setting cukup
baik. Adanya air dan peningkatan suhu, keduanya dapat memperpendek waktu setting.
h.
Daya tahan bahan ini
cukup lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar