1.1
Logam
Logam
merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor)
panas atau listrik yang baik serta bila dipoles dapat menjadi pemantul sinar
yang baik (Anusavice, 2004).
1.2
Sifat-Sifat
Logam
1.
Sifat Mekanik Logam
a. Hardness
(kekerasan) merupakan ketahanan suatu logam terhadap penetrasi atau penusukan
indentor.
b. Strenght
(Kekuatan) merupakan kemampuan suatu logam untuk menahan deformasi.
c. Tahan
Impact, merupakan ketahanan logam
terhadap beban kejut.
2.
Sifat Fisik Logam
a. Memiliki
titik leleh dan titik didih yang tinggi
b. Menghantarkan
daya listrik karena memliki elektron yang terdelokalisasi
c. Menghantarkan
daya panas karena bersifat konduktor
d. Dapat
ditempa (Malleability) dan sifat dapat diregang (Ductility)
e. Toughness
yaitu kemampuan logam untuk dapat dibengkokkan tanpa mengalami retak
f. Weldability
yaitu kemampuan logam untuk dapat dilas/ disambung
g. Ketahanan
terhadap korosi akibat kelembaban, zat kima, dsb.
h. Modulus
elastisitasnya tergantung jenis bahan
i. Memiliki
sifat khas kekerasan logam
3. Sifat Kimia Logam
a.
Logam memiliki energi
ionisasi yang rendah.
b. Umumnya
logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena
kekuatan ikatan logam.
c. Logam
memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
d. Kebanyakan
logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk membentuk logam
hidroksida (Combe, 1992).
1.3 Syarat-syarat logam pada KG
1. Syarat secara kimia yaitu tahan terhadap korosi,
tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan yg
dikonsumsi dan tidak luntur serta berkarat atau korosi
2. Syarat secara biologi
yitu tidak beracun terhadap
pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi rongga mulut
dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat
karsinogen
3. Syarat secara mekanis
yaitu berkekuatan tinggi dan
tahan terhadap tekanan
4. Syarat secara fisik yaitu sifat konduktivitas thermal
kuat
5. Syarat secara estetik
yaitu dapat memberikan penampilan
natural pada gigi
6. Biokompatibel yaitu tidak mengandung
substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan pulpa dan jaringan
lunak, bebas dari bahan yg berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas
7. Bahannya
tersediadalam jumlah besar dan mudah di dapat serta harganya relatif terjangkau
8. Titik cairnya tinggi,
serta mudah dipoles dan disolder.
1.4
Akibat
Toksisitas Logam
1.
Karsigogenisitas,
merupakan pembengkakan pada jaringan tubuh (tumora) yang diakibatkan
oleh peningkatan zat-zat kimia yang beracun.
2. Gangguan fungsi imun, biasanya berasal dari konsumsi
makanan yang mempunyai bahan logam beracun dapat mengakibatkan penghambatan
berbagai fungsi imun dan dapat menginduksi reaksi hipersensivitas.
3.
Korosi
logam, merupakan suatu reaksi kimia yang kompleks dimana
zat logam berkombinasi dengan oksigen di dalam udara dan air
untuk memmbentuk oksida logam yang terhidrasi. Oksida ini padat, poros
lebih tebal, lebih lemah, serta lebih rapuh daripada logam asalnya.
1.5 Kegunaan
Logam Kedokteran Gigi
1.
Restorasi gigi,(Inlay,
Onlay,
Overlay)
seperti dental amalgam dan alloy emas pada mahkota atau jembatan
2.
Rangka logam dalam gigi tiruan
3.
Dental implant
4.
Alat Orthodonti (Craig,2002)
1.6
Kelebihan
dan Kekurangan Logam dalam KG
1. Kelebihan:
a.
Kekuatan dan ketahanannya paling baik dibanding tambalan lain.
b. Lebih
sedikit pengambilan jaringan gigi dibanding porselen.
c. Tahan
korosi.
d. Resiko
kebocoran minimal.
e. bentuk
dapat dengan mudah dimanipulasi
2. Kekurangan:
a. Paling
mahal dibanding tambalan lainnya.
b. Tidak
sewarna gigi.
c. Dapat
menyebabkan reaksi alergi, tetapi sangat jarang (Anusavice, 2003).
2.1
Amalgam
Amalgam
adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam, diantaranya perak (Ag),
timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain seperti gallium, indium,
dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental amalgam merupakan kombinasi
alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi (Anusavice, 2004).
2.2
Sifat
Amalgam
1. Sifat Fisik Amalgam
a. Creep, merupakan perubahan
dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban.
b. Stabilitas
Dimensional,
merupakan kestabilan dimensi pada saat proses pengerasan dan pemakaian.
c. Difusi termal dan koefisien ekspansi amalgam yang
lebih tinggi dari dentin dapat menyebabkan karies sekunder.
d. Ketahanan terhadap abrasi pada saat
proses mastikasi
2. Sifat Mekanik
Amalgam
a. Kekuatan, amalgam harus cukup kuat untuk menahan beban yang
ditumpukan pada restorasi amalgam dalam rongga mulut. Ada dua jenis kekuatan
amalgam, yaitu tensile strength dan compressive strength. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan diantaranya, efek tirturasi, efek kandungan merkuri, efek kondensasi,
efek porositas dan efek laju pengerasan amalgam.
3. Sifat Kimia Amalgam
a. Reaksi Elektrokimia Galvanik, terjadi
ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan
elektrolit, seperti air ludah .
Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan
potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.
b. Mengalami korosi, yang merupakan reaksi
elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis yang mengurangi
kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan.
c. Tarnish merupaka reaksi yang menyebabkan
hilangnya kilau dari permukaan logam karena pembentukan surface coating sehingga menurunkan nilai estetika restorasi
tersebut.
4. Sifat Biologi
Amalgam
a. Alergi, secara khas
respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa
gatal, ruam, bersin, kesulitan bernafas,
pembengkakan, dan gejala lain
berupa dermatitis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 pada populasi >1%.
b. Toksisitas, karena amalgam mengandung merkuri
atau air raksa yang diduga adalah melalui tahap uapnya yang dapat menyebabkan toksisitas. (Anusavice, 2004)
2.3
Klasifiklasi Amalgam
1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:
a.
Alloy binary, contohnya: silve-tin
b.
Alloy tertinary, contohnya: silver-tin-copper
c.
Alloy quartenary, contohnya: silver-tin-copper-indium
2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:
a.
Microcut, dengan ukuran 10-30 μm.
b.
Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.
3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:
a.
Alloy lathe , memiliki bentuk yang tidak teratur.
b.
Alloy spherical, dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana bentuknya
tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatannya.
c.
Alloy spheroidal, merupakan alloy yang juga dibentuk melaui
proses atomisasi.
4. Berdasarkan kandungan tembaga
Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk
meningkatkan kekuatan (strength),
kekerasan (hardness), dan ekspansi
saat pengerasan
a. Low
copper alloy, yang
mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc
(0-1%).
b. High
copper alloy,yang terdiri
dari:
1) Admixed
dispersiblended alloys yang
merupakan campuran dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper lathecut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).
2) Single
composisition atau unicomposition alloys, merupakan alloy
yang partikelnya memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya terdiri
atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc
(0-4%).
5. Berdasarkan kandungan zinc
1)
Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.
2)
Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc
2.4 Komposisi
Amalgam
Komposisi bahan restorasi dental
amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri, platinum, dan seng. Unsur
– unsur kandungan bahan restorasi amalgam tersebut memiliki fungsinya masing –
masing, dimana sebagian diantaranya akan saling mengatasi kelemahan yang
ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut dikombinasikan dengan perbandingan
yang tepat. Dengan silver kandungan minimumnya 65%, tin dengan kandungan
maksimum 29%, copper dengan kandungan maksium 6%, zinc dengan kandungan
maksimumnya 2% dan mercury dengan kandungan maksimumnya 3%
2.5 Manipulasi
Amalgam
Manipulasi
amalgam dapat melalui proses :
1.
Proportioning/ penakaran, sebaiknya perbandingan
antara alloy dan mercury adalah 5:7 atau 5:8. Mercury yang terlalu sedikit
menyebabkan amalgam menjadi rapuh.
2.
Triturasi/ proses pencapuran amalgam alloy dan merkuri
dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. Proses
triturasi dapat dilakukan dengan cara manual dan mekanis.
3.
Kondensasi/ pemerasan, teknik kondensasi yang baik
akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks
yang lebih kecil. Untuk amalgam lathe-cut menggunakan tekanan yang tinggi agar
mercurinya dapat keluar, sedangkan pada amalgam spheris menggunakan tekanan
yang ringan agar kekuatannya baik.
4.
Trimming dan Carving/ pengaplikasian dan pengukiran,
berganting pada jenis alamgam yang dipakai, amalgam dengan sebuk kasar akan
lebih sukar diukir, sebaiknya menggunakan amalgam jenis spheris karena lebih
mudah dalam pengukirannya.
5.
Polishing/ pemolesan, berfungsi untuk meminimalisir
korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan dilakukan 24 jam setelah penambalan, setelah
tambalan cukup kuat.
2.6
Kekurangan dan Kelebihan Amalgam
1. Kekurangan Amalgam
a. Secara estetis kurang baik karena
warnanya yang kontras dengan warna gigi.
b. Dapat menyebabkan warna kehitaman
pada gigi karena terjadi kontak amalgam
dan gigi.
c. Pada beberapa kasus terdapat keluhan
alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu,
terdapat keluhan sensitivitas dari pasien pada awal pengaplikasian.
d. Kandungan mercury yang dapat
menyebabkan toksisitas menjadi pertimbangan dalam pengguanaan amalgam.
e. Sering menyebabkan kebocoran mikro
dan sekunder karies. Solusinya menggunakan “cavity varnish”
f. Mengakibatkan
rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan logam lain.
Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain tersebut.
2. Kelebihan Amalgam
a. Amalgam merupakan bahan restorasi
yang paling kuat dan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama asalkan
tahap-tahap penambalan dilakukan sesuai prosedur.
b. Ketahanan terhadap keausan sangat
tinggi, seperti terhadap proses mastikasi dan cairan mulut.
c. Penambalan dengan amalgam relatif
lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique sensitive” bila
dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.
d. Biayanya relatif lebih rendah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar